Kamis, 12 Juni 2014

PARASITOLOGI PROTOZOA YG BERBASIS PENYAKIT L;ENGKAP



1.      TOKSOPLASMOSIS
a.       Jenis penyakit
Toxoplasmosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh suatu protozoa yang disebut Toksoplasma gondii
b.      Agent penyakit
Penyebab toxoplasmosis adalah protozoa Toxoplasma Gondii, termasuk dalam sub-kelas Coccidia. Parasit ini pertama kali ditemukan pada rodensia  liar Afrika, Ctenodactylus gondii, tahun 1908. Sejak saat itu, T. gondii ditemukan pada berbagai jenis mamalia dan aves (bangsa burung).
c.       Vector
Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa, tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan toxoplasma gondii.
d.      Morfologi
Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, dan Ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit.
Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10-100 um. Kista penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus atau gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista dan clikeluarkan bersama feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali exkresi akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut.
e.       Gejala Penyakit
Pada individu imunokompeten yang tidak hamil, infeksi toxoplasma gondii biasanya tanpa gejala. Sekitar 10-20% pasien mengembangkan limfadenitis atau sindrom, seperti flu ringan ditandai dengan demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit tenggorokan, limfadenopati dan ruam. Dalam beberapa kasus, penyakit ini bisa meniru mononukleosis menular.
Gejala biasanya dapat hilang tanpa pengobatan dalam beberapa minggu ke bulan, meskipun beberapa kasus dapat memakan waktu hingga satu tahun. Gejala berat, termasuk myositis, miokarditis, pneumonitis dan tanda-tanda neurologis termasuk kelumpuhan wajah, perubahan refleks parah, hemiplegia dan koma, tapi jarang. Ensefalitis, dengan gejala sakit kepala, disorientasi, mengantuk, hemiparesis, perubahan refleks dan kejang, dapat menyebabkan koma dan kematian. Nekrosis perbanyakan parasit dapat menyebabkan beberapa abses dalam jaringan saraf dengan gejala lesi. Chorioretinitis, miokarditis, dan pneumonitis juga terjadi. Penularan Toksoplasmosis tidak secara langsung ditularkan dari orang ke orang kecuali dalam rahim (Institute for International Cooperation in Animal Biologics, 2005).
f.       Pencegahan
Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit toksoplasmosis, antara lain (Chin, 2000):
1.        Mendidik ibu hamil tentang langkah-langkah pencegahan:
a. Gunakan iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 1500F (660C) sebelum dimakan. Pembekuan daging tidak efektif untuk menghilangkan Toxoplasma gondii.
b. Ibu hamil sebaiknya menghindari pembersihan sampah panci dan kontak dengan kucing. Memakai sarung tangan saat berkebun dan mencuci tangan setelah kerja dan sebelum makan.
2. Makanan kucing sebaiknya kering, kalengan atau rebus dan mencegah kucing tersebut berburu (menjaga mereka sebagai hewan peliharaan dalam ruangan)
3. Menghilangkan feses kucing (sebelum sporocyst menjadi infektif). Feses kucing dapat dibakar atau dikubur. Mencuci tangan dengan bersih setelah memegang material yang berpotensial terdapat Toxoplasma gondii.
4. Cuci tangan sebelum makan dan setelah menangani daging mentah atau setelah kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing.
5. Control kucing liar dan mencegah mereka kontak dengan pasir yang digunakan anak-anak untuk bermain.
6. Penderita AIDS yang telah toxoplasmosis dengan gejala yang parah harus menerima pengobatan profilaksis sepanjang hidup dengan pirimetamin, sulfadiazine dan asam folinic.

2.      DISENTRI AMOEBA
a.       Jenis penyakit
Disentri amoeba adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh amoeba histolitica.
b.      Agent penyakit
Disentri amoeba (amoebiasis) adalah infeksi usus (usus) yang disebabkan oleh amoeba Entamoeba histolytica yang dapat menyebabkan diare bercampur dengan darah. Ada beberapa spesies yang berbeda amoeba, tapi yang paling berbahaya salah satunya seperti Entamoeba histolytica (penyebab penyakit disentri amoeba) yang hidup terutama di daerah tropis. Spesies ini mampu melalui dinding usus dan menyebar melalui aliran darah untuk menginfeksi organ lain, seperti hati, paru-paru dan otak.
c.       Vector
Bakteri tersebut dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan serangga yang hidup di tempat yang kotor dan bau, sehingga bakteri dengan mudah menempel di tubuhnya dan menyebar di setiap tempat yang dihinggapi..
d.      Morfologi
Ameba ini memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya memiliki ciri-ciri morfologi:
1. ukuran 10-60 μm
2. Sitoplasma bergranular dan mengandung eritrosit yang merupakan pe-nanda penting untuk diagnosisnya.
3. Terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai dengan kromosom padat yang terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran inti
4. bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar disebut pseudopodia.
Kista Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut:
1. Bentuk memadat mendekati bulat dengan ukuran 10-20 μm
2. Kista matang memiliki 4 buah inti entamoba
3. Tidak dijumpai lagi eritrosit di dalam sito-plasma
4. Kista yang belum ma-tang memiliki glikogen (chromatoidal bodies)
Berbentuk seperti cerutu, namun biasanya meng-hilang setelah kista matang. Dalam peralihan bentuk trofozoit menjadi kista, ektoplasma memendek dan di dalam sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit. Bentuk ini dikenal dengan istilah prekista (dulu disebut minuta). Bentuk prekista dari Entamoeba histolytic a sangat mirip dengan bentuk trofozoit dari Entamoeba coli, spesies lainnya dari ameba usus.
e.       Gejala
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.

f.       Pencegahan
Penyakit disentri amoeba ini dapat dicegah dengan cara :
1. Selalu menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan teliti.
2. Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.
3. Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya tidak menyiapkan makanan.
4. Memasak makanan sampai matang.
5. Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun udara.
6. Mengatur pembuangan sampah dengan baik.
7. Mengendalikan vector dan binatang pengerat.

3.      ANCYLOSTOMIASIS
a.       Jenis penyakit
                     Ancylostomiasis merupakan suatu gangguan atau infeksi yang disebabkan oleh cacing Ancylostoma sp.
b.      Agent penyakit
                     Ancylostomiasis merupakan penyakit parasit yang disebabakan oleh cacing Ancylostoma sp. yang dapat menyerang anjing dan kucing. Cacing Ancylostoma canium predeleksinya pada usus halus. Cara penularan penyakit cacing tambang adalah melalui larva cacing yang terdapat di tanah yang menembus kulit (biasanya diantara jari-jari kaki), cacing ini akan berpindah ke paru kemudian ke tenggorokan dan akan tertelan masuk saluran cerna.
c.       Morfologi
Cacing ancylostoma berukuran 10-20 mm, dan yang dewasa biasanya ditemukan melekat pada mukosa usus halus. Telurnya termasuk tipe strongyloid, yaitu berdinding tipis, oval dan bila dibebaskan dari tubuh biasanya memiliki 2-8 gelembung dalam stadium blastomer (Subronto, 2006).
Cacing dewasa melekat pada mukosa usus dan dengan giginya memakan cairan jaringan, biasanya darah. (Nelson, R.W. and Couto, C.G., 2003). Bagian mulut cacing ini dimodifikasi untuk melukai lapisan jaringan, menghisap darah dan menyebabkan hemoragi pada usus halus hospes. (Anonim, 2006).
Cacing ini akan menghasilkan antikoagulan, sehingga luka tetap berdarah beberapa saat setelah cacing berpindah tempat. Infestasi cacing Ancylostoma sp. atau yang lebih dikenal sebagai ancylostomiasis pada kasus yang berat dapat menyebabkan kehilangan darah 200 mililiter per hari. Daur hidup Ancylostoma sp. merupakan spesies yang dependent, tetapi spesies cacing betina cenderung lebih fertile dengan memproduksi telur sebanyak 30.000 telur tiap harinya. Telur dikelurkan dari tubuh hospes bersama excreta lain dan biasanya menjadi larva pada cuaca panas, tanah basah. (Davidson, M.W., 2006).
d.      Gejala penyakit
                     Gejala Penyakit cacing tambang (ankilostomiasis dan nekatoriasis)
•Gangguan pencernaan berupa mual, muntah, diare dan nyeri di ulu hati.
•Pusing, nyeri kepala.
•Lemas dan lelah, anemia
•Gatal didaerah masuknya cacing.
•Kadang-kadang tanpa ada gejala
•Keluhan tidak spesifik, kelelahan dan berat badan menurun
•Jarang terjadi: sakit perut, kembung dan sumbatan usus
e.       Pencegahan
1. Hati-hati bila maka makanan mentah atau setengah matang, terutama  pada tempat-tempat dimana sanitasi masih kurang
2. Masak bahan makanan sampai matang- Selalu mencuci tangan setelah dari kamar mandi/WC atau sebelum memegang makanan
3. Infeksi cacing tambang bisa dihindari dengan selalu mengenakan alas kaki.
4, Gunakan desinfektan setiap hari di tempat mandi dan tempat buang air besar
4.      ASCARIASIS
a.       Jenis penyakit
b.      Agent penyakit
c.       Morfologi
Cacing jantan memiliki panjang sekitar 10-31 cm dan berdiameter 2-4 mm, sedangkan betina memiliki panjang 20-35 cm dan berdiameter 3-6 mm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi. Cacing betina memiliki tubulus dan duktus sepanjang kurang lebih 12 cm dan kapasitas sampai 27 juta telur.
Cacing dewasa hidup pada usus halus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 50-70 x 40-50 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia. Telur cacing A. lumbricoides dilapisi lapisan albumin dan tampak berbenjol-benjol
d.      Gejala penyakit
Kebanyakan kasus ascariasis tidak menunjukkan gejala. Sedangkan kasus infeksi berat mungkin menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung bagian tubuh yang terpengaruh. Berikut adalah diantaranya:
1. Paru-paru
Setelah tertelan, telur ascariasis akan menetas dalam usus kecil dan larva bermigrasi melalui aliran darah atau sistem limfatik ke paru-paru. Pada tahap ini, penderita mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala yang mirip dengan asma atau pneumonia, termasuk:
- Batuk terus-menerus
- Sesak napas
- Mengi
Setelah 6 hingga 10 hari di paru-paru, larva kemudian melanjutkan perjalanan ke tenggorokan untuk kemudian dibatukkan dan tertelan.
e.       Pencegahan
                     Cara efektif pencegahan ascariasis dengan menerapkan sanitasi yang baik, hygiene keluarga dan hygiene pribadi, antara lain dengan berperilaku hanya buang air besar di jamban, sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat. Selain upaya tersebut, juga dilakukan dengan mengobati penderita melalui pengobatan massal pada penduduk menggunakan obat cacing berspektrum lebar di daerah endemis dapat memutuskan rantai daur hidup cacing Ascaris lumbricoides dan nematoda usus lainnya serta adanya pemberian pendidikan kesehatan pada penduduk juga perlu dilakukan untuk menunjang upaya pemberantasan dan pencegahan askariasis.
5.      FILARIASIS
a.       Jenis penyakit
                     Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah sekelompok cacing parasit nemtoda yang tergolong superfamilia Filarioidea yang menyebabkan infeksi sehingga berakibat munculnya edema.
b.      Agent penyakit
Agen penyakit Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes.
c.       Morfologi
Morfologi Cacing dewasa jantan W. bancrofti berukuran 2-4 cm dan betina 5-10 cm. Mikrofilaria berukuran panjang antara 245-300 µm, bersarung pucat, lekuk badan halus, panjang ruangan kepala sama dengan lebarnya, inti halus dan teratur. Tidak ada inti tambahan. Larva stadium 1 (L1) bentuk seperti sosis, ekor lancip, panjang 127 µm. Larva stadium 2 (L2) bentuk lebih panjang dari L1 , ekor pendek seperti kerucut, panjang 450 µm. Larva stadium 3 (L3) bentuk langsing panjang, panjang 1200 µm, pada ekor terdapat 3 papila bulat.
Cacing dewasa jantan brugia malayi berukuran panjang 23 mm, ekor melingkar. Cacing betina berukuran panjang 55 mm, ekor lurus. Mikrofilaria brugia malayi panjangnya 200-275 µm, bersarung merah pada pewarnaan giemsa, lekuk badan kaku, panjang ruang kepalanya dua kali lebarnya, badannya mempunyai inti-inti tidak teratur, ekornya mempunyai satu-dua inti tambahan. Memiliki L1, L2, dan L3 seperti Wuchereria bancrofti namun bila dijumpai dapat dibedakan dari L3 Wuchereria bancrofti dari keberadaan tonjolan di bagian posterior tubuhnya.
Cacing dewasa brugia timori berbentuk halus seperti benang, warna putih susu, yang betina berukuran 40 mm ekor lurus, dan cacing jantan berukuran 23 mm (lebih kecil dari yang betina) ekornya melengkung kearah ventral. Mikrofilaria berukuran 3 1 0 µm, ruang kepala memiliki rasio panjang-lebar sekitar 2: 1 pada brugia malayi tetapi pada brugia timori 3: 1, bersarung pucat, lekuk badan kaku, panjang ruang kepalanya tiga kali lebarnya, badan mempunyai inti-inti tidak teratur, ekor mempunyai dua inti tambahan.

d.      Gejala penyakit
Gejala filariais akut dapat berupa:
·         Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul  lagi setelah bekerja berat
·         Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
·         Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
·         Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
·         Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)
e.       Pencegahan
Dapat dilakukan dengan :
·         Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk penular
·         Membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk
·         Membersihkan semak-semak disekitar rumah
6.      MALARIA
a.       penyakit
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah.
b.      Agen penyakit
Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut Plasmodium. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan berkembang biak dengan membelah diri. Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria:
     Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan kematian :
     - Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
    -  Malaria, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.
     - Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.
c.       Vector penyakit
Penyakit malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles vektor betina. Di seluruh dunia terdapat sekitar 2000 spesies nyamuk Anopheles, 60 spesies diantaranya diketahui sebagai vektor malaria. Di Indonesia terdapat sekitar 80 jenis nyamuk Anopheles, 22 spesies diantaranya telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria. Sifat masing-masing spesies berbeda-beda tergantung berbagai faktor seperti penyebaran geografis, iklim dan tempat perkembangbiakannya. Semua nyamuk vektor malaria hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat, contohnya nyamuk vektor malaria yang hidup di air payau (Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus), di sawah (Anopheles aconitus) atau di mata air (Anopheles balabacensis dan Anopheles maculatus).
Nyamuk Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bias hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah dengan ketinggian lebih dari 2500 meter dari permukaan laut. Tempat perkembangbiakannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi tiga ekosistem yaitu pantai, hutan dan pegunungan. Biasanya nyamuk Anopheles betina vektor menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbang (flight range) antara 0,5 – 3 km dari tempat perkembangbiakannya. Jika ada angin yang bertiup kencang, dapat terbawa sejauh 20 – 30 km. Nyamuk Anopheles juga dapat terbawa pesawat terbang, kapal laut atau angkutan lainnya dan menyebarkan malaria ke daerah yang semula tidak terdapat kasus malaria. Umur nyamuk Anopheles dewasa dialam bebas belum banyak diketahui, tetapi di laboratorium dapat mencapai 3 -5 minggu.
Nyamuk Anopheles mengalami metamorfosis sempurna. Telur yang diletakkan nyamuk betina diatas permukaan air akan menetas menjadi larva, melakukan pergantian kulit (sebanyak 4 kali) kemudian tumbuh menjadi pupa dan menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan (sejak telur menjadi dewasa) bervariasi antara 2 – 5 minggu tergantung spesies, makanan yang tersedia, suhu dan kelembaban udara.


d.      Morfologi


Nyamuk merupakan salah satu serangga yang mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang. Beberapa jenis nyamuk dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Salah satunya adalah nyamuk anopheles. Di seluruh dunia, terdapat 460 spesies nyamuk anopheles yang sudah dikenali. Namun hanya 100 diantaranya yang dapat menularkan penyakit malaria. Di Indonesia sendiri terdapat 25 spesies nyamuk anopheles yang mempunyai kemampuan menularkan penyakit malaria. Dengan jumlah spesies nyamuk anopheles yang begitu besar ,bukan tidak mungkin Indonesia rawan terhadap penularan penyakit malaria

e.       Gejala
Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain Plasmodium imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut periode prepaten
1.  Gejala klinis
Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria), yaitu:
a. Periode dingin. Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan berkeringat.
c. Periode berkeringat. Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa. Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi, sering kali orang dewasa tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Limpa penderita biasanya membesar pada serangan pertama yang berat/ setelah beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila dilakukan pengobatan secara baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil. Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut: gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, nafas cepat, muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum, warna air seni seperti the tua sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai tidak ada.
2.Masa Inkubasi
Masa inkubasi dapat terjadi pada :
a.    Masa inkubasi pada manusia (intrinsik) Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing Plasmodium. Masa inkubasi pada inokulasi darah lebih pendek dari infeksi sporozoid. Secara umum masa inkubasi Plasmodium falsiparum adalah 9 sampai 14 hari, Plasmodium vivax adalah 12 sampai 17 hari, Plasmodium ovale adalah 16 sampai 18 hari, sedangkan Plasmodium malariae bisa 18 sampai 40 hari. Infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya bisa sampai kira-kira 2 bulan.
b.    Masa inkubasi pada nyamuk (ekstrinsik)
Setelah darah masuk kedalam usus nyamuk maka protein eritrosit akan dicerna oeleh enzim tripsin kemudian oleh enzim aminopeptidase dan selanjutnya karboksipeptidase, sedangkan komponen karbohidrat akan dicerna oleh glikosidase. Gametosit yang matang dalam darah akan segera keluar dari eritrosit selanjutnya akan mengalami proses pematangan dalam usus nyamuk untuk menjadi gamet (melalui fase gametogenesis). Adapun masa inkubasi atau lamanya stadium sporogoni pada nyamuk adalah Plasmodium vivax 8-10 hari, Plasmodium palsifarum 9-10 hari, Plasmodium ovale 12-14 hari dan Plasmodium malariae 14-16 hari.
7.      DBD
a.       Jenis penyakit
Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk atau beberapa jenis nyamuk menularkan (atau menyebarkan) virus dengue. Demam dengue juga disebut sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak fever" (demam sendi), karena demam tersebut dapat menyebabkan penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah.
b.      agent penyakit
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue. Dalam sistem ilmiah yang menamakan dan mengklasifikasikan virus, virus dengue tersebut merupakan bagian dari famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus lainnya juga merupakan bagian dari famili yang sama dan menyebabkan penyakit pada manusia. Contohnya, virus yellow fever, West Nile virus, St. Louis encephalitis virus, Japanese encephalitis virus, tick-borne encephalitis virus, Kyasanur forest disease virus, and Omsk hemorrhagic fever virus.
c.       Vektor
Vektor utama penyakit DBD di Indonesia adalah nyamuk A. aegypti sedangkan A. albopictus dianggap vektor potensial. Nyamuk ini mengalami metamorfosis yang sempurna mulai dari telur menetas menjadi jentik (larva), kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa.


d.      Morfologi
Jumlahnya antara 100-300 butir, ukuran 0,5 mm, hitam seperti sarang tawon, telur dapat bertahan pada suhu -2°C hingga 42 °C, lama menetas beberapa saat setelah kena air, hingga 1-2 hari setelah berada di air. Jentik terdapat di air mengalami empat stadium pertumbuhan yang ditandai dengan pergantian kulit. Pada pergantian kulit berubah menjadi kepompong, umur rata-rata pertumbuhan jentik sampai menjadi kepompong antara 7-15 hari. Kepompong terdapat dalam air, menetas dalam 1-2 hari, nyamuk jantan menetas lebih dulu dari nyamuk betina. Nyamuk jantan berumur lebih pendek daripada nyamuk betina (±1 minggu), makanannya cairan buah-buahan atau tumbuh-tumbuhan, serta terbang tidak jauh dari perindukannya. Nyamuk betina umumnya berumur lebih panjang dan perlu untuk menghisap darah untuk pertumbuhan telurnya setiap 2-3 hari. Jarak terbang aktif kurang lebih 50 meter.

e.       Gejala penyakit
Sekira 80% dari pasien (atau 8 dari 10 pasien) yang terinfeksi virus dengue tidak menunjukkan gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan (seperti demam biasa). Sekira 5% dari orang yang terinfeksi (atau 5 dari 100) akan mengalami infeksi berat. Penyakit tersebut bahkan mengancam jiwa sedikit dari mereka. Pada sebagian kecil penderita ini, penyakit tersebut mengancam jiwa. Gejala akan muncul antara 3 dan 14 hari setelah seseorang terpajan virus dengue. Seringkali gejala muncul setalah 4 hingga 7 hari. Oleh karena itu jika seseorang baru kembali dari wilayah yang memiliki banyak kasus dengue, kemudian ia menderita demam atau gejala lainnya setelah lebih dari 14 hari dia kembali dari wilayah tersebut, kemungkinan penyakitnya tersebut bukan dengue.
Seringkali, apabila anak-anak terkena demam dengue, gejala yang muncul sama dengan gejala pilek ataugastroenteritis (atau flu perut; misalnya, muntah-muntah dan diare). Namun, anak-anak mungkin mengalami masalah yang parah karena demam dengue.

f.       Pencegahan
Terdapat dua vaksin yang telah disetujui sebagai vaksin untuk mencegah manusia agar tidak terserang virus dengue. Untuk mencegah infeksi, World Health Organization (WHO) menyarankan pengendalian populasi nyauk dan melindungi masyarakat dari gigitan nyamuk. WHO menganjurkan program untuk mencegah dengue (disebut program "Integrated Vector Control") yang mencakup lima bagian yang berbeda:
·         Advokasi, menggerakkan masyarakat, dan legislasi (undang-undang) harus digunakan agar organisasi kesehatan masyarakat dan masyarakat menjadi lebih kuat.
·         Semua bagian masyarakat harus bekerja bersama. Ini termasuk sektor umum (seperti pemerintah), sektor swasta (seperti bisnisperusahaan), dan bidang perawatan kesehatan.
·         Semua cara untuk mengendalikan penyakit harus harus terintegrasi (atau dikumpulkan), sehingga sumber daya yang tersedia dapat memberikan hasil yang paling besar.
·         Keputusan harus dibuat berdasarkan pada bukti. Ini akan membantu memastikan bahwa intervensi (tindakan yang dilakukan untuk mengatasi dengue) berguna.
·         Wilayah di mana dengue menjadi masalah harus diberi bantuan, sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk merespon dengan baik penyakit dengan usaha mereka sendiri.
8.      DISENTRI

a.       Jenis penyakit
-          Disentri Basiler
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Shigella yang biasanya terjadi di kawasan Eropa Utara dan Amerika Serikat atau wilayah non tropis.
-          Disentri Amoeba
Disebabkan oleh amoeba jenis Entamoeba histolytica yang biasa terjadi di negara tropis termasuk Indonesia.Who memperkirakan terdapat 120 juta kasus disentri akut jenis Basiler di seluruh dunia yang umumnya terjadi pada anak-anak balita (dibawah usia 5 tahun) di negara berkembang. Diperkirakan 11 juta orang meninggal akibat wabah penyakit ini dan 60 % diantaranya adalah anak-anak.

b.       agent penyebab
Disentri umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau amuba tetapi dapat juga disebabkan cacing parasit dan virus pada beberapa kasus. Faktor kebersihan dan sanitasi lingkungan yang buruk menjadi penyebab utama infeksi ini, termasuk juga makanan yang kurang sehat. Di kawasan dengan sanitasi yang buruk, tinja yang mengandung bakteri dan amuba penyebab disentri dapat meracuni makanan dan air di kamar mandi umum.
c.        Vektor
                  Melalui vektor lalat, seperti air,susu,makanan yang terkontaminasi oleh tinja penderita.
d.       Morfologi
      Batang ramping, tidak berkapsul, tidak bergerak, tidak membentuk spora, gram negatif. Bentuk cocobasil dapat terjadi pada biakan muda. Shigella adalah fakultatif anaerob tetapi paling baik tumbuh secara aerobic. Koloninya konveks, bulat, transparan dengan pinggir-pinggir utuh mencapai diameter kira-kira 2mm dalam 24 jam.
Kuman ini sering ditemukan pada perbenihan diferensial karena ketidakmampuannya meragikan laktosa. Shigella mempunyai susunan antigen yang kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih dalam sifat serologic berbagai spesies dan sebagian besar kuman ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh kuman enteric lainnya. Antigen somatic O dari Shigella adalah lipopolisakarida. Kekhususan serologiknya tergantung pada polisakarida. Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi Shigella didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan antigenic.
e.        Gejala
Di negara maju, gejala dan tanda-tanda penyakit disentri cenderung lebih ringan dibanding negara sedang berkembang khususnya yang beriklim tropis. Gejala ringan meliputi sakit perut ringan dan sering buang air besar karena terjadi diare. Gejala ini biasanya terlihat dari 1 sampai 3 hari ketika pasien terinfeksi (dinamakan masa inkubasi). Pada umumnya, pasien akan sembuh total dalam 1 minggu namun semuanya tergantung pada frekuensi diare dan penyebab terjadinya tinja berlendir dan mengandung darah.
Pada kasus khusus, pasien disentri juga mengalami intoleransi laktosa dimana enzim lactase untuk mencerna laktosa sedikit atau kurang banyak diproduksi oleh tubuh selama beberapa tahun. Pada umumnya, gejala-gejala disentri adalah:
·         Sakit dan nyeri pada bagian perut
·         Demam dan tubuh menggigil
·         Mual dan muntah-muntah
·         Diare dengan tinja berlendir bercampur dengan darah
·         Nyeri ketika duduk dan buang air besar
·         Lemah, letih, lesu dan mengalami sembelit
f.        Pencegahan
             Karna disentri adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya kebersihan, Maka mulailah untuk memperhatiakan kebersihan lingkungan, tubuh dan tempat tinggal. Biasanya disentri terjadi pada pemukiman padat penduduk yang kebersihannya tidak terjaga. Sering muncul pada musim hujan dan kemarau. Disentri juga bisa menjadi wabah. Untuk itu diperlukan kerja sama yang baik bagi masyarakat untuk bertanggung jawab menjaga lingkungan.