1.
TOKSOPLASMOSIS
a. Jenis
penyakit
Toxoplasmosis adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh suatu protozoa yang disebut Toksoplasma gondii
b. Agent
penyakit
Penyebab toxoplasmosis adalah protozoa Toxoplasma
Gondii, termasuk dalam sub-kelas Coccidia. Parasit ini pertama kali
ditemukan pada rodensia liar Afrika, Ctenodactylus gondii, tahun
1908. Sejak saat itu, T. gondii ditemukan pada berbagai jenis mamalia
dan aves (bangsa burung).
c. Vector
Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor
lalat, kecoa, tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma
ke janin terjadi utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini.
Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan
menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui
jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan
toxoplasma gondii.
d. Morfologi
Toxoplasma gondii terdapat dalam 3
bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, dan Ookista. Trofozoit berbentuk oval
dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang memiliki inti
sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi
menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut
bradizoit.
Bentuk kedua adalah kista yang
terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10-100 um. Kista penting
untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot jantung dan
susunan syaraf pusat. Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 10-12
um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan
dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau
schizogoni dan siklus atau gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista
dan clikeluarkan bersama feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii
dalam sekali exkresi akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini
tertelan oleh hospes perantara seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka
pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompok-kelompok
trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk
stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing
makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam
usus halus kucing tersebut.
e.
Gejala
Penyakit
Pada
individu imunokompeten yang tidak hamil, infeksi toxoplasma gondii biasanya
tanpa gejala. Sekitar 10-20% pasien mengembangkan limfadenitis atau sindrom,
seperti flu ringan ditandai dengan demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit
tenggorokan, limfadenopati dan ruam. Dalam beberapa kasus, penyakit ini bisa
meniru mononukleosis menular.
Gejala
biasanya dapat hilang tanpa pengobatan dalam beberapa minggu ke bulan, meskipun
beberapa kasus dapat memakan waktu hingga satu tahun. Gejala berat, termasuk
myositis, miokarditis, pneumonitis dan tanda-tanda neurologis termasuk
kelumpuhan wajah, perubahan refleks parah, hemiplegia dan koma, tapi jarang.
Ensefalitis, dengan gejala sakit kepala, disorientasi, mengantuk, hemiparesis,
perubahan refleks dan kejang, dapat menyebabkan koma dan kematian. Nekrosis
perbanyakan parasit dapat menyebabkan beberapa abses dalam jaringan saraf
dengan gejala lesi. Chorioretinitis, miokarditis, dan pneumonitis juga terjadi.
Penularan Toksoplasmosis tidak secara langsung ditularkan dari orang ke orang
kecuali dalam rahim (Institute for International Cooperation in Animal
Biologics, 2005).
f. Pencegahan
Terdapat beberapa pencegahan yang
dapat dilakukan untuk menghindari penyakit toksoplasmosis, antara lain (Chin,
2000):
1. Mendidik ibu
hamil tentang langkah-langkah pencegahan:
a. Gunakan iradiasi daging atau
memasak daging pada suhu 1500F (660C) sebelum dimakan. Pembekuan daging tidak
efektif untuk menghilangkan Toxoplasma gondii.
b.
Ibu hamil sebaiknya menghindari pembersihan sampah panci dan kontak dengan
kucing. Memakai sarung tangan saat berkebun dan mencuci tangan setelah kerja
dan sebelum makan.
2. Makanan kucing sebaiknya kering,
kalengan atau rebus dan mencegah kucing tersebut berburu (menjaga mereka
sebagai hewan peliharaan dalam ruangan)
3. Menghilangkan feses kucing
(sebelum sporocyst menjadi infektif). Feses kucing dapat dibakar atau dikubur.
Mencuci tangan dengan bersih setelah memegang material yang berpotensial
terdapat Toxoplasma gondii.
4. Cuci tangan sebelum makan dan
setelah menangani daging mentah atau setelah kontak dengan tanah yang mungkin
terkontaminasi kotoran kucing.
5. Control kucing liar dan mencegah
mereka kontak dengan pasir yang digunakan anak-anak untuk bermain.
6. Penderita AIDS yang telah
toxoplasmosis dengan gejala yang parah harus menerima pengobatan profilaksis
sepanjang hidup dengan pirimetamin, sulfadiazine dan asam folinic.
2.
DISENTRI
AMOEBA
a. Jenis
penyakit
Disentri amoeba adalah
jenis penyakit yang disebabkan oleh amoeba histolitica.
b. Agent
penyakit
Disentri amoeba
(amoebiasis) adalah infeksi usus (usus) yang disebabkan oleh amoeba Entamoeba
histolytica yang dapat menyebabkan diare
bercampur dengan darah. Ada beberapa spesies yang berbeda amoeba, tapi yang
paling berbahaya salah satunya seperti Entamoeba histolytica (penyebab penyakit
disentri amoeba) yang hidup terutama
di daerah tropis. Spesies ini mampu melalui dinding usus dan menyebar melalui
aliran darah untuk menginfeksi organ lain, seperti hati, paru-paru dan otak.
c. Vector
Bakteri tersebut dapat tersebar dan menular melalui
makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan bakteri yang dibawa oleh
lalat. Lalat merupakan serangga yang hidup di tempat yang kotor dan bau,
sehingga bakteri dengan mudah menempel di tubuhnya dan menyebar di setiap tempat
yang dihinggapi..
d. Morfologi
Ameba
ini memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya memiliki ciri-ciri morfologi:
1. ukuran 10-60 μm
1. ukuran 10-60 μm
2.
Sitoplasma bergranular dan mengandung eritrosit yang merupakan pe-nanda penting
untuk diagnosisnya.
3.
Terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai dengan kromosom padat yang terletak
di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran inti
4.
bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar disebut pseudopodia.
Kista Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut:
1. Bentuk memadat mendekati bulat dengan ukuran 10-20 μm
Kista Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut:
1. Bentuk memadat mendekati bulat dengan ukuran 10-20 μm
2.
Kista matang memiliki 4 buah inti entamoba
3.
Tidak dijumpai lagi eritrosit di dalam sito-plasma
4.
Kista yang belum ma-tang memiliki glikogen (chromatoidal bodies)
Berbentuk seperti cerutu, namun biasanya meng-hilang
setelah kista matang. Dalam peralihan bentuk trofozoit menjadi kista,
ektoplasma memendek dan di dalam sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit.
Bentuk ini dikenal dengan istilah prekista (dulu disebut minuta). Bentuk
prekista dari Entamoeba histolytic a sangat mirip dengan bentuk
trofozoit dari Entamoeba coli, spesies lainnya dari ameba usus.
e. Gejala
Setelah masa inkubasi yang pendek
(1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja
yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus.
Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon,
maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir
dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan tenesmus (spasmus
rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh
secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun,
pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
Kebanyakan orang pada penyembuhan
mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa
diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami
serangan penyakit berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang
membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak
melindungi terhadap reinfeksi.
f. Pencegahan
Penyakit disentri amoeba ini dapat
dicegah dengan cara :
1. Selalu menjaga kebersihan dengan
cara mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan teliti.
2. Mencuci sayur dan buah yang
dimakan mentah.
3. Orang yang sakit disentri basiler
sebaiknya tidak menyiapkan makanan.
4. Memasak makanan sampai matang.
5. Selalu menjaga sanitasi air,
makanan, maupun udara.
6. Mengatur pembuangan sampah dengan
baik.
7. Mengendalikan vector dan binatang
pengerat.
3.
ANCYLOSTOMIASIS
a. Jenis
penyakit
Ancylostomiasis
merupakan suatu gangguan atau infeksi yang disebabkan oleh cacing Ancylostoma
sp.
b. Agent
penyakit
Ancylostomiasis merupakan penyakit parasit yang
disebabakan oleh cacing Ancylostoma sp. yang dapat menyerang anjing dan kucing.
Cacing Ancylostoma canium predeleksinya pada usus halus. Cara
penularan penyakit cacing tambang adalah melalui larva cacing yang terdapat di
tanah yang menembus kulit (biasanya diantara jari-jari kaki), cacing ini akan
berpindah ke paru kemudian ke tenggorokan dan akan tertelan masuk saluran
cerna.
c. Morfologi
Cacing ancylostoma berukuran 10-20 mm, dan yang dewasa
biasanya ditemukan melekat pada mukosa usus halus. Telurnya termasuk tipe
strongyloid, yaitu berdinding tipis, oval dan bila dibebaskan dari tubuh
biasanya memiliki 2-8 gelembung dalam stadium blastomer (Subronto, 2006).
Cacing dewasa melekat pada mukosa
usus dan dengan giginya memakan cairan jaringan, biasanya darah. (Nelson, R.W.
and Couto, C.G., 2003). Bagian mulut cacing ini dimodifikasi untuk melukai
lapisan jaringan, menghisap darah dan menyebabkan hemoragi pada usus halus
hospes. (Anonim, 2006).
Cacing ini akan menghasilkan
antikoagulan, sehingga luka tetap berdarah beberapa saat setelah cacing
berpindah tempat. Infestasi cacing Ancylostoma sp. atau yang lebih dikenal
sebagai ancylostomiasis pada kasus yang berat dapat menyebabkan kehilangan
darah 200 mililiter per hari. Daur hidup Ancylostoma sp. merupakan spesies yang
dependent, tetapi spesies cacing betina cenderung lebih fertile dengan
memproduksi telur sebanyak 30.000 telur tiap harinya. Telur dikelurkan dari
tubuh hospes bersama excreta lain dan biasanya menjadi larva pada cuaca panas,
tanah basah. (Davidson, M.W., 2006).
d. Gejala
penyakit
Gejala
Penyakit cacing tambang (ankilostomiasis dan nekatoriasis)
•Gangguan pencernaan berupa mual, muntah, diare dan nyeri di ulu hati.
•Pusing, nyeri kepala.
•Gangguan pencernaan berupa mual, muntah, diare dan nyeri di ulu hati.
•Pusing, nyeri kepala.
•Lemas dan lelah, anemia
•Gatal didaerah masuknya cacing.
•Kadang-kadang tanpa ada gejala
•Keluhan tidak spesifik, kelelahan dan berat badan menurun
•Jarang terjadi: sakit perut, kembung dan sumbatan usus
e. Pencegahan
1. Hati-hati bila maka makanan mentah atau setengah
matang, terutama pada tempat-tempat dimana sanitasi masih kurang
2. Masak bahan makanan sampai matang- Selalu mencuci
tangan setelah dari kamar mandi/WC atau sebelum memegang makanan
3. Infeksi cacing tambang bisa dihindari dengan selalu mengenakan alas kaki.
3. Infeksi cacing tambang bisa dihindari dengan selalu mengenakan alas kaki.
4, Gunakan
desinfektan setiap hari di tempat mandi dan tempat buang air besar
4. ASCARIASIS
a. Jenis
penyakit
b. Agent
penyakit
c. Morfologi
Cacing jantan memiliki panjang sekitar 10-31 cm dan berdiameter 2-4 mm,
sedangkan betina memiliki panjang 20-35 cm dan berdiameter 3-6 mm. Pada cacing
jantan ditemukan spikula atau bagian
seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada
sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi.
Cacing betina memiliki tubulus dan duktus sepanjang kurang lebih 12 cm dan
kapasitas sampai 27 juta telur.
Cacing dewasa hidup pada usus halus manusia. Seekor cacing betina dapat
bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi
berukuran 50-70 x 40-50 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih
besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi
manusia. Telur cacing A. lumbricoides dilapisi lapisan albumin dan
tampak berbenjol-benjol
d. Gejala
penyakit
Kebanyakan kasus ascariasis tidak
menunjukkan gejala. Sedangkan kasus infeksi berat mungkin menimbulkan gejala
yang bervariasi, tergantung bagian tubuh yang terpengaruh. Berikut adalah
diantaranya:
1. Paru-paru
Setelah tertelan, telur ascariasis
akan menetas dalam usus kecil dan larva bermigrasi melalui aliran darah atau
sistem limfatik ke paru-paru. Pada tahap ini, penderita mungkin mengalami
tanda-tanda dan gejala yang mirip dengan asma atau pneumonia, termasuk:
- Batuk terus-menerus
- Sesak napas
- Mengi
Setelah 6 hingga 10 hari di
paru-paru, larva kemudian melanjutkan perjalanan ke tenggorokan untuk kemudian
dibatukkan dan tertelan.
e. Pencegahan
Cara
efektif pencegahan ascariasis dengan menerapkan sanitasi yang baik, hygiene
keluarga dan hygiene pribadi, antara lain dengan berperilaku hanya buang air
besar di jamban, sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan
dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Bagi yang
mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih
dan disiram lagi dengan air hangat. Selain upaya tersebut, juga dilakukan
dengan mengobati penderita melalui pengobatan massal pada penduduk menggunakan
obat cacing berspektrum lebar di daerah endemis dapat memutuskan rantai daur
hidup cacing Ascaris lumbricoides dan nematoda
usus lainnya serta adanya pemberian pendidikan kesehatan pada penduduk juga
perlu dilakukan untuk menunjang upaya pemberantasan dan pencegahan askariasis.
5. FILARIASIS
a. Jenis
penyakit
Filariasis adalah penyakit zoonosis
menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya
adalah sekelompok cacing parasit nemtoda yang tergolong superfamilia
Filarioidea yang menyebabkan infeksi sehingga berakibat munculnya edema.
b. Agent penyakit
Agen
penyakit Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria
yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi dan Brugia timori. Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing
Filaria adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang
termasuk dalam filum Nemathelminthes.
c. Morfologi
Morfologi Cacing dewasa jantan W. bancrofti berukuran 2-4 cm dan betina
5-10 cm. Mikrofilaria berukuran panjang antara 245-300 µm, bersarung pucat,
lekuk badan halus, panjang ruangan kepala sama dengan lebarnya, inti halus dan
teratur. Tidak ada inti tambahan. Larva stadium 1 (L1) bentuk seperti sosis,
ekor lancip, panjang 127 µm. Larva stadium 2 (L2) bentuk lebih panjang dari L1
, ekor pendek seperti kerucut, panjang 450 µm. Larva stadium 3 (L3) bentuk
langsing panjang, panjang 1200 µm, pada ekor terdapat 3 papila bulat.
Cacing dewasa jantan brugia malayi berukuran panjang 23 mm, ekor
melingkar. Cacing betina berukuran panjang 55 mm, ekor lurus. Mikrofilaria
brugia malayi panjangnya 200-275 µm, bersarung merah pada pewarnaan giemsa,
lekuk badan kaku, panjang ruang kepalanya dua kali lebarnya, badannya mempunyai
inti-inti tidak teratur, ekornya mempunyai satu-dua inti tambahan. Memiliki L1,
L2, dan L3 seperti Wuchereria bancrofti namun bila dijumpai dapat dibedakan
dari L3 Wuchereria bancrofti dari keberadaan tonjolan di bagian posterior
tubuhnya.
Cacing dewasa brugia timori berbentuk halus seperti benang, warna putih
susu, yang betina berukuran 40 mm ekor lurus, dan cacing jantan berukuran 23 mm
(lebih kecil dari yang betina) ekornya melengkung kearah ventral. Mikrofilaria
berukuran 3 1 0 µm, ruang kepala memiliki rasio panjang-lebar sekitar 2: 1 pada
brugia malayi tetapi pada brugia timori 3: 1, bersarung pucat, lekuk badan
kaku, panjang ruang kepalanya tiga kali lebarnya, badan mempunyai inti-inti
tidak teratur, ekor mempunyai dua inti tambahan.
d. Gejala
penyakit
Gejala filariais akut dapat berupa:
·
Demam
berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan
muncul lagi setelah bekerja berat
·
Pembengkakan
kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis)
yang tampak kemerahan, panas dan sakit
·
Radang
saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari
pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
·
Filarial
abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat
pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
·
Pembesaran
tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa
panas (early lymphodema)
e. Pencegahan
Dapat dilakukan dengan :
·
Berusaha
menghindarkan diri dari gigitan nyamuk penular
·
Membersihkan
tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun,
mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk
·
Membersihkan
semak-semak disekitar rumah
6.
MALARIA
a. penyakit
Malaria
merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah.
b. Agen
penyakit
Penyakit
malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia. Bibit
penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut
Plasmodium. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan
perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan
berkembang biak dengan membelah diri. Ada empat macam plasmodium yang
menyebabkan malaria:
Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan kematian :
- Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
- Malaria, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.
- Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.
Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan kematian :
- Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh.
- Malaria, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak ditemukan.
- Ovale, penyebab penyakit malaria Ovale. Tidak terdapat di Indonesia.
c. Vector
penyakit
Penyakit
malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles vektor betina. Di seluruh
dunia terdapat sekitar 2000 spesies nyamuk Anopheles, 60 spesies diantaranya
diketahui sebagai vektor malaria. Di Indonesia terdapat sekitar 80 jenis nyamuk
Anopheles, 22 spesies diantaranya telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria.
Sifat masing-masing spesies berbeda-beda tergantung berbagai faktor seperti
penyebaran geografis, iklim dan tempat perkembangbiakannya. Semua nyamuk vektor
malaria hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat, contohnya nyamuk vektor
malaria yang hidup di air payau (Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus),
di sawah (Anopheles aconitus) atau di mata air (Anopheles balabacensis dan
Anopheles maculatus).
Nyamuk
Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga bias hidup di
daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah dengan
ketinggian lebih dari 2500 meter dari permukaan laut. Tempat
perkembangbiakannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi
tiga ekosistem yaitu pantai, hutan dan pegunungan. Biasanya nyamuk Anopheles
betina vektor menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh.
Jarak terbang (flight range) antara 0,5 – 3 km dari tempat perkembangbiakannya.
Jika ada angin yang bertiup kencang, dapat terbawa sejauh 20 – 30 km. Nyamuk
Anopheles juga dapat terbawa pesawat terbang, kapal laut atau angkutan lainnya dan
menyebarkan malaria ke daerah yang semula tidak terdapat kasus malaria. Umur
nyamuk Anopheles dewasa dialam bebas belum banyak diketahui, tetapi di
laboratorium dapat mencapai 3 -5 minggu.
Nyamuk
Anopheles mengalami metamorfosis sempurna. Telur yang diletakkan nyamuk betina
diatas permukaan air akan menetas menjadi larva, melakukan pergantian kulit
(sebanyak 4 kali) kemudian tumbuh menjadi pupa dan menjadi nyamuk dewasa. Waktu
yang dibutuhkan untuk perkembangan (sejak telur menjadi dewasa) bervariasi antara
2 – 5 minggu tergantung spesies, makanan yang tersedia, suhu dan kelembaban
udara.
d. Morfologi
Nyamuk merupakan salah satu serangga
yang mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang.
Beberapa jenis nyamuk dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Salah satunya
adalah nyamuk anopheles. Di seluruh dunia, terdapat 460 spesies nyamuk
anopheles yang sudah dikenali. Namun hanya 100 diantaranya yang dapat
menularkan penyakit malaria. Di Indonesia sendiri terdapat 25 spesies nyamuk
anopheles yang mempunyai kemampuan menularkan penyakit malaria. Dengan jumlah
spesies nyamuk anopheles yang begitu besar ,bukan tidak mungkin Indonesia rawan
terhadap penularan
penyakit malaria
e. Gejala
Keluhan
dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria.
Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain Plasmodium imunitas tubuh dan
jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai
timbulnya gejala klinis dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara
terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah disebut periode
prepaten
1. Gejala
klinis
Gejala
klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria), yaitu:
a. Periode dingin. Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan berkeringat.
c. Periode berkeringat. Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa. Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi, sering kali orang dewasa tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Limpa penderita biasanya membesar pada serangan pertama yang berat/ setelah beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila dilakukan pengobatan secara baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil. Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut: gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, nafas cepat, muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum, warna air seni seperti the tua sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai tidak ada.
a. Periode dingin. Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b. Periode panas. Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi dapat mencapai 400C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan berkeringat.
c. Periode berkeringat. Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa. Di daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi, sering kali orang dewasa tidak menunjukkan gejala klinis meskipun darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini merupakan imunitas yang terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang. Limpa penderita biasanya membesar pada serangan pertama yang berat/ setelah beberapa kali serangan dalam waktu yang lama. Bila dilakukan pengobatan secara baik maka limpa akan berangsur-berangsur mengecil. Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Untuk penderita tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut: gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, nafas cepat, muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum, warna air seni seperti the tua sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai tidak ada.
2.Masa Inkubasi
Masa inkubasi
dapat terjadi pada :
a.
Masa inkubasi pada manusia (intrinsik) Masa inkubasi bervariasi pada
masing-masing Plasmodium. Masa inkubasi pada inokulasi darah lebih pendek dari
infeksi sporozoid. Secara umum masa inkubasi Plasmodium falsiparum adalah 9
sampai 14 hari, Plasmodium vivax adalah 12 sampai 17 hari, Plasmodium ovale
adalah 16 sampai 18 hari, sedangkan Plasmodium malariae bisa 18 sampai 40 hari.
Infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah
parasit yang masuk dan biasanya bisa sampai kira-kira 2 bulan.
b.
Masa inkubasi pada nyamuk (ekstrinsik)
Setelah
darah masuk kedalam usus nyamuk maka protein eritrosit akan dicerna oeleh enzim
tripsin kemudian oleh enzim aminopeptidase dan selanjutnya karboksipeptidase,
sedangkan komponen karbohidrat akan dicerna oleh glikosidase. Gametosit yang
matang dalam darah akan segera keluar dari eritrosit selanjutnya akan mengalami
proses pematangan dalam usus nyamuk untuk menjadi gamet (melalui fase
gametogenesis). Adapun masa inkubasi atau lamanya stadium sporogoni pada nyamuk
adalah Plasmodium vivax 8-10 hari, Plasmodium palsifarum 9-10 hari, Plasmodium
ovale 12-14 hari dan Plasmodium malariae 14-16 hari.
7.
DBD
a. Jenis penyakit
Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD) adalah infeksi
yang disebabkan oleh virus
dengue. Nyamuk
atau beberapa jenis nyamuk menularkan (atau menyebarkan) virus dengue. Demam
dengue juga disebut sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak
fever" (demam sendi), karena demam tersebut dapat menyebabkan penderitanya
mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah.
b. agent penyakit
Demam
dengue disebabkan oleh virus dengue. Dalam sistem ilmiah yang menamakan dan
mengklasifikasikan virus, virus dengue tersebut merupakan bagian dari famili Flaviviridae
dan genus
Flavivirus. Virus lainnya juga merupakan bagian dari famili yang sama
dan menyebabkan penyakit pada manusia. Contohnya, virus yellow fever,
West Nile virus,
St. Louis encephalitis virus, Japanese encephalitis virus, tick-borne encephalitis
virus, Kyasanur forest disease virus, and Omsk hemorrhagic fever virus.
c. Vektor
Vektor
utama penyakit DBD di Indonesia adalah nyamuk A. aegypti sedangkan A.
albopictus dianggap vektor potensial. Nyamuk ini mengalami metamorfosis yang
sempurna mulai dari telur menetas menjadi jentik (larva), kepompong dan
akhirnya menjadi nyamuk dewasa.
d. Morfologi
Jumlahnya antara 100-300 butir, ukuran 0,5 mm, hitam
seperti sarang tawon, telur dapat bertahan pada suhu -2°C hingga 42 °C, lama
menetas beberapa saat setelah kena air, hingga 1-2 hari setelah berada di air.
Jentik terdapat di air mengalami empat stadium pertumbuhan yang ditandai dengan
pergantian kulit. Pada pergantian kulit berubah menjadi kepompong, umur
rata-rata pertumbuhan jentik sampai menjadi kepompong antara 7-15 hari.
Kepompong terdapat dalam air, menetas dalam 1-2 hari, nyamuk jantan menetas
lebih dulu dari nyamuk betina. Nyamuk jantan berumur lebih pendek daripada
nyamuk betina (±1 minggu), makanannya cairan buah-buahan atau tumbuh-tumbuhan,
serta terbang tidak jauh dari perindukannya. Nyamuk betina umumnya berumur
lebih panjang dan perlu untuk menghisap darah untuk pertumbuhan telurnya setiap
2-3 hari. Jarak terbang aktif kurang lebih 50 meter.
e. Gejala penyakit
Sekira 80% dari pasien (atau 8 dari 10 pasien) yang terinfeksi virus
dengue tidak menunjukkan gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan (seperti
demam biasa). Sekira 5% dari orang yang terinfeksi (atau 5 dari 100) akan
mengalami infeksi berat. Penyakit tersebut bahkan mengancam jiwa sedikit dari
mereka. Pada sebagian kecil penderita ini, penyakit tersebut mengancam jiwa.
Gejala akan muncul antara 3 dan 14 hari setelah seseorang terpajan virus
dengue. Seringkali gejala muncul setalah 4 hingga 7 hari. Oleh karena itu jika
seseorang baru kembali dari wilayah yang memiliki banyak kasus dengue, kemudian
ia menderita demam atau gejala lainnya setelah lebih dari 14 hari dia kembali dari
wilayah tersebut, kemungkinan penyakitnya tersebut bukan dengue.
Seringkali, apabila anak-anak terkena demam dengue, gejala yang muncul
sama dengan gejala pilek
ataugastroenteritis (atau flu perut; misalnya, muntah-muntah dan diare). Namun, anak-anak
mungkin mengalami masalah yang parah karena demam dengue.
f. Pencegahan
Terdapat dua vaksin yang telah disetujui sebagai
vaksin untuk mencegah manusia agar tidak terserang virus dengue. Untuk mencegah
infeksi, World Health Organization (WHO) menyarankan pengendalian populasi
nyauk dan melindungi masyarakat dari gigitan nyamuk. WHO menganjurkan program untuk
mencegah dengue (disebut program "Integrated Vector Control") yang mencakup
lima bagian yang berbeda:
·
Advokasi, menggerakkan masyarakat, dan legislasi (undang-undang) harus digunakan agar organisasi kesehatan masyarakat dan masyarakat menjadi lebih kuat.
·
Semua
bagian masyarakat harus bekerja bersama. Ini termasuk sektor
umum (seperti pemerintah), sektor swasta
(seperti bisnisperusahaan), dan bidang perawatan kesehatan.
·
Semua
cara untuk mengendalikan penyakit harus harus terintegrasi (atau dikumpulkan),
sehingga sumber daya yang tersedia dapat memberikan
hasil yang paling besar.
·
Keputusan
harus dibuat berdasarkan pada bukti. Ini akan membantu memastikan bahwa
intervensi (tindakan yang dilakukan untuk mengatasi dengue) berguna.
·
Wilayah
di mana dengue menjadi masalah harus diberi bantuan, sehingga mereka dapat
meningkatkan kemampuan mereka untuk merespon dengan baik penyakit dengan usaha
mereka sendiri.
8.
DISENTRI
a.
Jenis
penyakit
-
Disentri
Basiler
Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri Shigella yang biasanya terjadi di kawasan
Eropa Utara dan Amerika Serikat atau wilayah non tropis.
-
Disentri
Amoeba
Disebabkan
oleh amoeba jenis Entamoeba histolytica yang biasa terjadi di negara
tropis termasuk Indonesia.Who memperkirakan terdapat 120 juta kasus disentri
akut jenis Basiler di seluruh dunia yang umumnya terjadi pada anak-anak balita
(dibawah usia 5 tahun) di negara berkembang. Diperkirakan 11 juta orang
meninggal akibat wabah penyakit ini dan 60 % diantaranya adalah anak-anak.
b.
agent
penyebab
Disentri
umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau amuba tetapi dapat juga disebabkan
cacing parasit dan virus pada beberapa kasus. Faktor kebersihan dan sanitasi
lingkungan yang buruk menjadi penyebab utama infeksi ini, termasuk juga makanan
yang kurang sehat. Di kawasan dengan sanitasi yang buruk, tinja yang mengandung
bakteri dan amuba penyebab disentri dapat meracuni makanan dan air di kamar
mandi umum.
c.
Vektor
Melalui vektor lalat,
seperti air,susu,makanan yang terkontaminasi oleh tinja penderita.
d.
Morfologi
Batang
ramping, tidak berkapsul, tidak bergerak, tidak membentuk spora, gram negatif.
Bentuk cocobasil dapat terjadi pada biakan muda. Shigella adalah
fakultatif anaerob tetapi paling baik tumbuh secara aerobic. Koloninya konveks,
bulat, transparan dengan pinggir-pinggir utuh mencapai diameter kira-kira 2mm
dalam 24 jam.
Kuman ini sering ditemukan pada perbenihan
diferensial karena ketidakmampuannya meragikan laktosa. Shigella mempunyai
susunan antigen yang kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih dalam sifat
serologic berbagai spesies dan sebagian besar kuman ini mempunyai antigen O
yang juga dimiliki oleh kuman enteric lainnya. Antigen somatic O dari Shigella
adalah lipopolisakarida. Kekhususan serologiknya tergantung pada
polisakarida. Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi Shigella didasarkan
pada sifat-sifat biokimia dan antigenic.
e.
Gejala
Di
negara maju, gejala dan tanda-tanda penyakit disentri cenderung lebih ringan
dibanding negara sedang berkembang khususnya yang beriklim tropis. Gejala
ringan meliputi sakit perut ringan dan sering buang air besar karena terjadi
diare. Gejala ini biasanya terlihat dari 1 sampai 3 hari ketika pasien
terinfeksi (dinamakan masa inkubasi). Pada umumnya, pasien akan sembuh total
dalam 1 minggu namun semuanya tergantung pada frekuensi diare dan penyebab
terjadinya tinja berlendir dan mengandung darah.
Pada kasus khusus, pasien disentri juga
mengalami intoleransi laktosa dimana enzim lactase untuk mencerna laktosa
sedikit atau kurang banyak diproduksi oleh tubuh selama beberapa tahun. Pada
umumnya, gejala-gejala disentri adalah:
·
Sakit
dan nyeri pada bagian perut
·
Demam
dan tubuh menggigil
·
Mual
dan muntah-muntah
·
Diare
dengan tinja berlendir bercampur dengan darah
·
Nyeri
ketika duduk dan buang air besar
·
Lemah,
letih, lesu dan mengalami sembelit
f.
Pencegahan
Karna
disentri adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya kebersihan, Maka
mulailah untuk memperhatiakan kebersihan lingkungan, tubuh dan tempat tinggal.
Biasanya disentri terjadi pada pemukiman padat penduduk yang kebersihannya
tidak terjaga. Sering muncul pada musim hujan dan kemarau. Disentri juga bisa
menjadi wabah. Untuk itu diperlukan kerja sama yang baik bagi masyarakat untuk
bertanggung jawab menjaga lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar