Senin, 18 Mei 2015

MAKALAH BENTUK KERUSAKAN MAKANAN PADA TELUR



MATA KULIAH                 :            PMM - B
DOSEN/INSTRUKTUR      :           NOVI UTAMI DEWI, SKM., M.Kes


MAKALAH BENTUK KERUSAKAN 
MAKANAN PADA TELUR



   OLEH :

SARMILAH
PO.71.3.221.13.1.043
IIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
PRODI DIII JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN AJARAN 2015


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia membutuhkan makanan untuk melakukan dan melaksanakan semua aktivitasnya. Berbagai macam makanan dikonsumsi oleh manusia. Mulai dari makanan yang berasal dari bahan alami dan langsung dimasak sampai makanan yang harus diolah oleh pabrik terlebih dahulu. Banyak makanan yang memanfaatkan mikroba untuk proses pembutannya entah itu bakteri maupun jamur. Kebanyakan, makanan produk olahan menggunakan mikroba sebagai organisme yang memfermentasi.Namun bahan pangan juga sangat baik untuk pertumbuhan mikroba. Maka perlu diusahakan cara untuk menjaga bahan pangan agar tidak ditumbuhi mikroba, misalnya dengan pengawetan bahan pangan. Tetapi bahan pangan yang sudah diawetkanpun belum tentu tidak ditumbuhi mikroba. Maka untuk menjamin keamanan suatu bahan pangan layak dikonsumsi manusia atau tidak dilakukan pengujian kualitas bahan pangan, disamping itu dengan pengujian kualitas bahan pangan sekaligus dapat diketahui tinggi rendahnya kualitas bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Jenis mikroba yang sering tumbuh pada bahan pangan sehingga dapat menyebabkan kerusakan pangan adalah bakteri dan jamur.Kerusakan pangan merupakan perubahan karakteristik fisik dan kimiawi suatu bahan makanan yang tidak diinginkan atau adanya penyimpangan dari karakteristik normal.Contohnya adalah pembusukan buah, sayurandan daging dari tekstur keras menjadi lunak meskipun masih dalam keadaan segar, terpisahnya susu segar, penggembungan makanan kaleng, penggumpalan tepung dan lain-lain.
Bahan pangan yang sudah ditumbuhi mikroba apabila dikonsumsi akan menimbulkan dampak terganggunya kesehatan manusia, menimbulkan penyakit, keracunan bahkan kematian Karena banyak sekali jenis-jenis kerusakan pangan yang diakibatkan oleh bakteri dan jamur, maka penulis ingin mempelajari lebih lanjut mengenai hal tersebut. Jenis- jenis kerusakan bahan pangan ini penting untuk diketahui agar lebih selektif dalam pemilihan bahan pangan yang akan kita konsumsi. Sehingga penulis berinisiatif untuk menyusun makalah yang berjudul “Kerusakan Bahan Pangan”
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan telur ?
2.      Bagaimana bentuk dan ukuran telur?
3.      Bagaimana tanda-tanda kerusakan pada telur?
4.      Bagaimana perubahan-perubahan pada telur?
C.    Tujuan
1.      Agar mahasiswa mengetahui apa itu telur
2.      Agar mahasiswa mengetahui bentuk dan ukuran telur
3.      Agar mahasiswa mengetahui tanda-tanda kerusakan pada telur
4.      Agar mahasiswa mengetahui perubahan-perubahab pada telur


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.  Pengertian Telur
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling bergizi dan dapat disiapkan dalam berbagai bentuk olahan. Telur dikatakan pula sebagai bahan pangan yang sempurna. Karena telur mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh suatu makhluk hidup seperti protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup. Disamping itu protein telur merupakan protein yang bermutu tinggi dan memiliki susunan asam amino essensial yang lengkap. Sehingga protein telur sering dijadikan patokan dalam menentukan mutu protein dari berbagai bahan pangan lainnya.
Telur ayam mengandung 11% kulit, 31% kuning telur dan 55% putih telur. Isi telur tanpa kulit terbagi atas 65% putih dan 35% kuning telur. Yolk atau kuning telur mengandung 50% padatan yang terdiri dari 1/3 bagian protein dan 2/3 bagian lemak. Yolk bila disentrifuse akan terpisah menjadi 3 fraksi, yaitu livetin, komponen glanular, dan lipovitelenin. Lipovitelin dan lipovitelenin adalah campuran komplek lipoprotein yang apabila lipidanya diekstrak dengan 80% alkohol akan meninggalkan phosphoprotein, vitelin dan vitelenin.
Putih telur cair mengandung 12% protein. Ada 4 lapisan putih telur, yaitu bagian luar cairan (lapisan tipis), bagian viscous cairan (lapisan tebal), bagian dalam cairan (lapisan tipis), dan bagian lapisan kecil padat mengelilingi membran vitelin kuning telur disebut “chalaza” untuk mempertahankan posisi yolk.
B. Bentuk dan ukuran telur
Bentuk telur unggas bermacam-macam, umumnya berbentuk hampir bulat sampai lonjong. Perbedaan bentuk ini terjadi karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhi antara lain sifat turun temurun, umur unggas saat bertelur, serta sifat-sifat fisiologis yang terdapat dalam tubuh induk. Biasanya bentuk telur dinyatakan dalam indeks perbandingan antara lebar dan panjang dikalikan 100. 
Telur dari unggas yang berbeda menghasilkan ukuran yang berbeda pula.  Umumnya telur bebek lebih besar dan lebih berat dari telur ayam.  Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain jenis unggas, umur, perubahan musim sewaktu unggas bertelur, sifat keturunan, umur pembuahan, berat tubuh induk dan pakan yang diberikan.
C. Tanda-tanda Kerusakan pada Bahan Pangan
Bahan pangan mentah dapat menjadi rusak atau busuk karena beberapa penyebab, diantaranya adalah adanya aktifitas mikroba di dalam bahan pangan dan secara fisik akibat dari proses produksi bahan pangan itu sendiri (misalnya pemanenan, pengiriman ke pasar atau ke konsumen, dll).
Diperlukan ketelitian dalam memilih bahan mentah pangan yang bermutu baik, dengan melihat ciri-ciri fisiknya, hal itu bisa dijadikan panduan dalam memilih bahan mentah pangan. Secara umum, dalam pemilihan bahan pangan yang merupakan hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
·         Penampilannya baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan atau kebusukan.
·         Waktunya tidak terlalu lama sejak dipanen / dipotong.
·         Kondisi fisiknya sudah cukup tua (matang) sesuai dengan umur panen.



Ada lima jenis kerusakan yang dialami oleh suatu bahan pangan
·         Kerusakan fisik
Kerusakan yang diakibat perubahan melalui porses fisika seperti pemanasan, pendinginan, dan tekanan udara. Salah satu kerusakan pada telur yang dapat dilihat dengan kasat mata, yaitu :
a) telur yang semula terbagi dua (kuning telur dan putih telur) dan berbentuk    kental, berubah menjadi cair dan telah bercampur
b) Terdapat noda hitam pada bagian putih telur, dapat diterawang/dilihat menggunakan lampu
c) tercium bau yang busuk
d) terdapat belatung pada cangkangnya
e) bila diguncang, berbunyi
f)  adanya keretakan pada cangkang
g) bila dimasukan ke dalam air, akan mengapung atau melayang mendekati permukaan air.
·         Kerusakan mekanik
Kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan mekanis seperti tertekan, terbanting, tergesek, dan sebagainya.
·         Kerusakan biologi
Kerusakan ini biasanya disebabkan oleh makhluk makroorganisme seperti tikus, burung, dan serangga.
·         Kerusakan kimia
Kerusakan karena reaksi kimia seperti penurunan pH, proses rigor, dan reaksi reduksi dan oksidasi.
·         Kerusakan mikrobiologi
Kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, kapang, dan sebagainya. Kerusakan yang disebabkan oleh mikrobiologi
a) Geen rot 
Pada keadaan ini isi telur menjadi encer, kadang-kadang dijumpai warna kehijauan. Kuning telur tertutup oleh lapisan berwarna merah jambu keputih-putihan. Putih telur kadang kadang menjadi hitam. Telur berbau busuk dan rasanya agak asam. Penyebabnya adalah bakteri dari genus Pseudomonas.
b)  Red rot 
Bakteri-bakteri Pseudomonas dapat pula menyebabkan pewarnaan merah pada kuning telur. Putih telurnya sendiri menjadi encer dan berwarna keabu-abuan mendekati merah.
c) Black rot
Telur menjadi berbau sangat busuk. Apabila telur dipecah isinya berwarna coklat kehijauan, encer dan berair. Kuning telur berwarna hitam. Penyebabnya adalah bakteri-bakteri Aloaligenes, Escherichia dan bakteri-bakteri pemecah protein.
d.      Tumbuhnya jamur pada bagian dalam kulit telur atau pada selaput tipis kulit. Kemampakan jamur ini keabu-abuan atau hitam. Kadang-kadang sedikit merah jambu.
D.  Perubahan-perubahan pada telur
Secara umum, perubahan-perubahan yang terjadi selama penyimpanan telur utuh adalah :
1.      Berkurangnya berat, terutama disebabkan karena hilangnya air dari albumen tetapi sebagian juga karena kehilangan CO2, NH3, N2, dan H2S
2.      Pertambahan ukuran ruang udara.  Karena air hilang, volume uang udara bertambah
3.      Penurunan berat jenis karena bertambah besarnya ruang udara
4.      Bercak-bercak pada permukaaan kulit telur karena penyebaran air yang tidak merata
5.      Penurunan jumlah putih telur tebal karena serat glikoprotein ovomucin pecah
6.      Penambahan ukuran kuning telur karena perpindahan air dari albumen ke kuning telur sebagai akibat perbedaan tekanan osmose
7.      Perubahan cita rasa
8.      Kehilangan karbondioksida
9.      Kenaikan pH, terutama dalam albumen yang meningkat dari kira-kira pH 7 sampai 10 atau 11 sebagai akibat hilangnya CO2.
Telur normal yang baru keluar dari tubuh induknya mempunyai mutu yang terbaik.  Hal ini disebabkan keadaan kulit telur, besarnya ruang udara, kondisi putih telur dan kuning telur serta lembaga masih dalam keadaan  normal.  Semakin lama umur penyimpanan, mutu telur akan semakin menurun, karena terjadinya perubahan beberapa sifat kimia serta sifat fisik telur yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tempat telur berada.
Perbedaan kondisi lingkungan di dalam tubuh induk dengan lingkungan di luar tubuh induk menyebabkan berbagai perubahan pada telur.  Alat reproduksi induk mempunyai kelembaban yang tinggi  dengan suhu yang hangat, sedangkan kondisi lingkungan di luar tubuh induk mempunyai keadaan yang lebih kering dan suhu yang lebih rendah.  Terjadinya ruang udara dan pemisahan membran kulit luar dan dalam disebabkan perubahan suhu tersebut.  Besarnya ruang udara dipakai sebagai atribut mutu telur.
Permukaan kulit mula-mula diselimuti oleh cairan mukosa yang kental.  Pada saat peneluran terjadi pengeringan mukosa tersebut.  Pada saat masih basah mukosa mampu melindungi telur dari penetrasi air, gas dan bakteri melalui kulit.
Putih telur selama penyimpanan dapat mengalami berbagai perubahan yang disebabkan oleh fisiko kimia telur.  Kehilangan CO2 melalui pori-pori kulit dari albumen menyebabkan perubahan fisik dan kimia.  Selama beberapa jam pertama setelah ditelurkan kehilangan CO2 sangat banyak dan di dalam albumen terkandung juga asam karbonat dalam keseimbangan dengan jumlah CO2.
Air dan albumen selain diserap oleh kuning telur, juga diupkan dari albumen melalui pori-pori kulit, oleh sebab itu konsentrasi albumen menjadi lebih tinggi.  Keadaan demikian ini menyebabkan pergerakan air kembali dari kuning telur ke dalam albumen.
Perubahan bentuk fisik kuning telur mempengaruhi keadaan kualitas kuning telur. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara peneropongan (candling).  Telur yang masih baik keadaan letak kuning telur masih ditengah, dengan pertambahan umur simpan letak kuning telur akan bergeser dari pusat dan kemungkinan dapat sampai menempel pada kulit telur.
Warna kulit telur tidak menentukan kualitas telur. Untuk mengetahui tingkat kesegaran telur, dapat dilakuakan dengan cara berikut ini.
1.           Sediakan gelas yang dasarnya bergaris tengah agak lebar. Masukkan telur ke dalamnya dan lihat posisi telur setelah sampai di dasar.
2.           Bila posisi telur terbaring sempurna di dasar gelas (tenggelam), maka menunjukkan bahwa usia telur sangat baru
3.           Bila sebagian telur berdiri (melayang), menunjukkan telur sudah agak lama (diperkirakan umur satu minggu
4.           Bila telur berdiri tegak (mengapung), menunjukkan umur telur sudah lama (antara  2 - 3 minggu)
Peneropongan ini juga dapat memisahkan telur retak atau telur yang mengandung bahan lain di bagian dalam, seperti noda yang menyerupai darah. Berikut ini menunjukkan teknik meneropong telur dengan menggunakan lampu. Untuk meneropong telur, maka bagian telur yang lebih besar ditempelkan pada lampu, karena rongga udara telur terletak pada bagian tersebut.
Pada saat meneropong telur akan terlihat bagian dari : rongga udara telur, putih telur dan kuning telurnya.  Sedangkan untuk mengetahui retak atau tidaknya telur dengan mengamati ada atau tidaknya garis putih pada permukaan kulit telur. Bila ada garus putih, maka menunjukkan bahwa telur tersebut retak.
Telur meskipun masih utuh dapat mengalami kerusakan, baik kerusakan fisik maupun kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Mikroba dapat masuk ke dalam telur melalui pori-pori yang terdapat pada kulit telur, baik melalui air, udara, maupun kotoran ayam. Telur yang telah dipecah akan mengalami kontak langsung dengan lingkungan, sehingga lebih mudah rusak dibandingkan dengan telur yang masih utuh.
Telur normal yang baru keluar dari tubuh induknya mempunyai mutu yang terbaik.  Hal ini disebabkan keadaan kulit telur, besarnya ruang udara, kondisi putih telur dan kuning telur serta lembaga masih dalam keadaan  normal.  Semakin lama umur penyimpanan, mutu telur akan semakin menurun, karena terjadinya perubahan beberapa sifat kimia serta sifat fisik telur yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tempat telur berada.
Perbedaan kondisi lingkungan di dalam tubuh induk dengan lingkungan di luar tubuh induk menyebabkan berbagai perubahan pada telur.  Alat reproduksi induk mempunyai kelembaban yang tinggi  dengan suhu yang hangat, sedangkan kondisi lingkungan di luar tubuh induk mempunyai keadaan yang lebih kering dan suhu yang lebih rendah.  Terjadinya ruang udara dan pemisahan membran kulit luar dan dalam disebabkan perubahan suhu tersebut.  Besarnya ruang udara dipakai sebagai atribut mutu telur.
Permukaan kulit mula-mula diselimuti oleh cairan mukosa yang kental.  Pada saat peneluran terjadi pengeringan mukosa tersebut.  Pada saat masih basah mukosa mampu melindungi telur dari penetrasi air, gas dan bakteri melalui kulit.
Putih telur selama penyimpanan dapat mengalami berbagai perubahan yang disebabkan oleh fisiko kimia telur.  Kehilangan CO2 melalui pori-pori kulit dari albumen menyebabkan perubahan fisik dan kimia.  Selama beberapa jam pertama setelah ditelurkan kehilangan CO2 sangat banyak dan di dalam albumen terkandung juga asam karbonat dalam keseimbangan dengan jumlah CO2.
Air dan albumen selain diserap oleh kuning telur, juga diupkan dari albumen melalui pori-pori kulit, oleh sebab itu konsentrasi albumen menjadi lebih tinggi.  Keadaan demikian ini menyebabkan pergerakan air kembali dari kuning telur ke dalam albumen.
Perubahan bentuk fisik kuning telur mempengaruhi keadaan kualitas kuning telur. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara peneropongan (candling).  Telur yang masih baik keadaan letak kuning telur masih ditengah, dengan pertambahan umur simpan letak kuning telur akan bergeser dari pusat dan kemungkinan dapat sampai menempel pada kulit telur.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
a.       Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling bergizi dan dapat disiapkan dalam berbagai bentuk olahan. Disamping itu protein telur merupakan protein yang bermutu tinggi dan memiliki susunan asam amino essensial yang lengkap.
b.      Bentuk telur unggas bermacam-macam, umumnya berbentuk hampir bulat sampai lonjong. Perbedaan bentuk ini terjadi karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhi antara lain sifat turun temurun, umur unggas saat bertelur, serta sifat-sifat fisiologis yang terdapat dalam tubuh induk.
c.       Kerusakan yang terjadi pada telur adalah :
-          Kerusakan fisik
-          Kerusakan mekanik
-          Kerusakan biologi
-          Kerusakan kimia
-          Kerusakan mikrobiologi
B.     Saran
Sebaiknya untuk mencegah kerusakan pada telur perhatikan suhu tempat penyimpanan telur agar tidak cepat membusuk.

DAFTAR PUSTAKA
Hamidah, Ainil. 2013. Laporan Kerusakan Bahan Pangan. http://ainilhamidah.blogspot.com/2013/04/laporan-kerusakan-bahan-pangan.html ( diakses pada tanggal 12 Mei 2015 )
Anonim. 2012. http://vinti-gz1b12.blogspot.com/p/blog-page.html ( Diakses pada tanggal 12 Mei 2015 )
Anonim. 2014. Makalah Kerusakan Bahan Pangan. http://kuliah-peternakan.blogspot.com/2014/03/makalah-kerusakan-bahan-pangan.html ( Diakses pada tanggal 12 Mei 2015 )
Kudit, Kunil. 2014. Makalah Pengetahuan Bahan Makanan Telur. http://kunilkudit.blogspot.com/2014/10/makalah-pengetahuan-bahan-makanan-telur.html ( Diakses pada tanggal 12 Mei 2015 )