Senin, 18 Mei 2015

Makalah Pengendalian Tikus di Pelabuhan dengan Fumigasi poltekkes kesling MKS



Mata Kuliah  : PVBP-B
Dosen              : Sulasmi, SKM,.M.Kes

Makalah Pengendalian Tikus di
Pelabuhan dengan
Fumigasi

                                  OLEH KELOMPOK VI                                                                              
      Tingkat : II A
HILDAYANTI UMAR                    PO.71.3.221.13.1.021   
 SARMILAH         PO.71.3.221.13.1.043                                
     NUR FITRYANA                      PO.71.3.221.13.1.034              
  DUHRYATY ASNIDAR             PO.71.3.221.13.1.011               
                       MUH. RIVAI                                  PO.71.3.221.13.1.028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA          POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR                    JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN                                             PROGRAM STUDI D III                                                                                    2014/2015

KATA PENGANTAR

            Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dengan ucapan alhamdulillahirobbil Alamin, Karena atas berkat Rahmat- Nya yang diberikan kepada kita terutama nikmatul imaniwal islam, diantara beberapa nikmat tersabut sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul tentang “Pengendalalian Tikus Di Kapal Dengan Cara Fumigasi”.
            Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.






Makassar, 09 Mei 2015


                                                                                                            Penulis


DAFTAR ISI

Halaman judul ......................................................................................................................... i
Kata pengantar ........................................................................................................................ ii
Daftar isi .................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A. Latar belakang.............................................................................................................. 4
B.  Tujuan .......................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 6
A.    Pengertian tikus............................................................................................................ 6
B.     Morfologi tikus............................................................................................................. 7
C.     Jenis-jenis tikus............................................................................................................. 8
D.    Makanan tikus.............................................................................................................. 10
E.     Indera pada Tikus......................................................................................................... 11
F.      Sarang tikus.................................................................................................................. 11
G.    Perkembangbiakan tikus............................................................................................... 12
H.    Tanda-tanda keberadaan tikus..................................................................................... 12
I.       Penyakit yang di sebabkan oleh tikus.......................................................................... 13
J.       Pengertian dari fumigasi............................................................................................... 14
K.    Fumigasi kapal.............................................................................................................. 15
L.     Pelaksanaan pemberantasan tikus di kapal................................................................... 16
M.   Alat dan bahan yang digunakan dalam fumigasi......................................................... 19
N.    Prosedur kerja fumigasi kapal...................................................................................... 20
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 21
A.    Kesimpulan................................................................................................................... 22
B.     Saran............................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 24



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tikus adalah hewan mengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan penggangu yang menjijikan di perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan.
           Tikus merupakan masalah rutin di pelabuhan terutama di kapal, karena itu pengendaliannya harus dilakukan secara rutin. Hewan mengerat ini menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit, merusak bahan pangan, instalasi medik, instalasi listrik, peralatan kantor seperti kabel-kabel, mesin-mesin komputer, perlengkapan laboratorium, dokumen/file dan lain-lain, serta dapat menimbulkan penyakit. Beberapa penyakit penting yang dapat ditularkan ke manusia antara lain, pes, salmonelosis, leptospirosis, murin typhus, untuk itu dibutuhkan pengendalian tikus seperti pemberantasan dengan cara fumigasi.
            Fumigasi adalah pengendalian hama dengan jalan memasukkan atau melepaskan fumigan ( Pestisida ) ke dalam ruangan tertutup atau kedapudara (gas tight) untuk beberapa waktu dalam dosis dan konsentrasi yangdapat mematikan hama.
Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan tikus akan menggambarkan lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang pencahayaan serta adanya indikasi penatalaksanaan / manajemen kebersihan kapal yang kurang baik. Mengingat besarnya dampak negatif akibat keberadaan tikus dan mencit di kapal, maka kapal harus terbatas dari hewan ini.  
Sebagai langkah dalam upaya mencegah kemungkinan timbulnya penyebaran penyakit serta untuk mencegah timbulnya kerugian sosial dan ekonomi yang tidak diharapkan, maka perlu dilakukan pengendalian tikus di kapal dengan cara fumigasi.
A.    Rumusan masalah
1.      Apakah  pengertian dari tikus?
2.      Bagaimanakah morfologi tikus?
3.      Sebutkanlah  jenis-jenis tikus?
4.      Apa sajakah makanan yang dimakan tikus?
5.      Bagaimanakah perkembangbiakan tikus?
6.      Sebutkanlah  tanda-tanda keberadaan tikus?
7.      Apa sajakah penyakit yang di sebabkan oleh tikus?
8.      Apakah pengertian dari fumigasi?
9.      Bagaimana  pelaksanaan pemberantasan tikus di kapal?
10.  Apa sajakan alat dan bahan yang digunakan dalam fumigasi?
11.  Bagaimanakah prosedur kerja fumigasi kapal?

B.     Tujuan
1.      Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari tikus
2.      Mahasiswa dapat mengetahui morfologi tikus
3.       Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis tikus
4.      Mahasiswa dapat mengetahui makanan yang di makan oleh tikus?
5.      Mahasiswa dapat mengetahui perkembangbiakan tikus
6.      Mahasiswa dapat mengetahui tanda-tanda keberadaan tikus
7.      Mahasiswa dapat mengetahui penyakit yang di sebabkan oleh tikus
8.      Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari fumigasi
9.      Mahasiswa dapat mengetahui bentuk pelaksanaan pemberantasan tikus di kapal
10.  Mahasiswa dapat mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam fumigasi
11.  Mahasiswa dapat mengetahui prosedur kerja fumigasi kapal



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tikus
1.      Pengertian Tikus
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub ordo Myormorpha, family muridae. family muridae ini merupakan family yang dominan dari ordo rodentia karena mempunyai daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala macam makanan (omnivorous) dan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang diciptakan manusia. jenis tikus yang sering ditemukan dihabitat rumah dan ladang adalah jenis rattus dan mus.
Adapun klasifikasi dari tikus adalah sebagai berikut :
Dunia                    : Animalia
Filum                     : Chordata
Sub Filum             : Vertebrata
Kelas                     : Mammalia
Subklas                  : Theria
Ordo                      : Rodentia
Sub ordo               : Myomorpha
Famili                    : Muridae
Sub family             : Muridae
Genus                    : Rattus dan Mus
Species                  : Rattus tanezumi
  Rattus norvegicus
  Rattus exulans
  Rattus tiomanicus
  Rattus argentiventer
  Rattus niniventer
  Bandicota
  Mus musculus

2.      Morfologi Tikus
Secara umum morfologi tubuh tikus dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kepala dan badan beserta bagian-bagiannya.
a.      Kepala
Bentuk kepala tikus adalah kerucut atau kerucut terpton, dengan misai (kumis) pada ujung moncongnya yang berfungsi sebagai alat peraba. Mata terletak di bagian tepi dari kepala dan letaknya agak menonjol keluar, sehingga mempunyai sudut pandang yang lebar. Gigi tikus terdirr dari gigi seri dan geraham, tidak mempunyai gigi taring sehingga terdapat celah di antara gigi seri dan geraham yang berfungsi untuk mengeluarkan kotoran yang terbawa bersama makanannya, atau untuk mengeluarkan makan yang tidak disukainya. Gigi seri tikus selalu mengalami perpanjangan, sehingga perlu dikurangi dengan jalan mengeratkan gig serinya pada benda-benda yang keras. Tidak heran bila ada benda-benda yang tidak biasa dimakan tetapi digigit oleh tikus, hal itu untuk mengurani pertumbuhan gigi serinya. Gigi seri berfungsi untuk memotong makanan, sedangkan geraham untuk mengunyah makanan.
b.      Badan
Bentuk badan tikus adalah silindris memanjang kebelakang. Batas antara kepala dan badan tidak begitu jelas sehingga dalam identifikasi jenis-jenis tikus, kepala dan badan digabung dan dipisahkan dengan ekor. Badan (dan juga kepala) ditutupi oleh rambut yang warnanya berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada bagian bawah badan tikus betina yang sudah dewasa terdapat puting susu yang jumlahnya bervariasi antara 2-6 pasang, tergantung dari jenisnya. Pada bagian ujung belakang badan bagian bawah terdapat alat kelamin dan anus. Pada tikus jantan dewasa terdapat organ kelamin berupa kantung yang merukapan tempat dihasiilkannya sperma. Pada saat tikus belum dewasa kantung tersebut berada di dalam tubuh, kemudian berangsur-angsur keluar sesuai dengan umur tikus.
Pada badan tikus terdapat anggota badan berupa 2 pasang kaki (tungkai) dan ekor. Pada telapak kaki terdapat tonjolan-tonjolan yang berfungsi untuk membantu tikus dalam memanjat. Ekor tikus gundul (tidak berambut), merupakan ciri yang membedakannya dengan bajing (ekor berambut tebal) dan landak (ekor berduri).
3.      Jenis-jenis Tikus
1.      Tikus Rumah  (Rattus tanezumi)
Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ujung ekor 220-370 mm, ekor 101-180 mm, kaki belakang 20-39 mm, ukuran telinga 13-23 mm, sedangkan rumus mamae 2+3=10. Warna rambut badan atas coklat tua dan rambut badan bawah (perut) coklat tua kelabu. Yang terrnasuk dalam jenis tikus rumah (rattus rattus) yaitu tikus atap (roof rat), tikus kapal (ship rat), dan black rat. Jika dilihat dari jarak kedekatan hubungan antara aktifitas tikus dengan manusia, tikus rumah merupakan jenis domestik, yaitu aktifitas dilakukan di dalam rumah manusia atau disebut juga tikus komensal (comensal rodent) atau synanthropic.
Tikus rurnah merupakan binatang arboreal dan pemanjat ulung .
Kemampuan memanjat tembok kasar dan turun dengan kepala dibawab sangat lihai, dan hila jatuh dari ketinggian 5,5 meter tidak akan menirnbulkan luka yang berarti bagi tikus. Makanan yang dibutuhkan seekor tikus dalam sehari sebanyak 10- 15% dari berat badannya. Perilaku makan tikus dengan memegang makanan dengan kedua kaki depan, dan kebiasaan mencicipi makanan untuk menunggu reaksi makanan tersebut dalam perutnya. Hal ini perlu diperhatikan apabila kita memberantas tikus dengan racun. Tikus mempunyai kebiasaan mencari makan dua kali sehari yaitu pada 1-2 jam setelah matahari tenggelam dan pada l-2 jam sebelum fajar.
Umur tikus rumah rata-rata satu tahun dan mencapai dewasa siap kawin pada umur 2-3 bulan baik pada tikus jantan maupun betina. Masa bunting selama 21-23 hari dan seek or tikus betina dapat melahirkan 6-12 (rata-rata 8) ekor anak tikus. Setelah 24-48 jam melahirkan, tikus betina siap kawin lagi atau disebutpost partum oestrus.
Dalam tubuh tikus, terdapat beberapa hewan lain (parasit) yang ada di dalam tubuh (endoparasit) dan diluar/menempel di tubuh (ektoparasit) yang merupakan penular atau penyebab banyak sekali jenis penyakit. Endoparasit tikus antara lain cacing, virus, jamur, protozoa, bakteri, dan rickettsia yang mempunyai tempat hidup di bati dan ginjal tikus. Sedangkan ektoparasit tikus meliputi: pinjal (fleas) : Xenopsylla cheopsis, Stivalus cognatus; kutu (lice) : Polyp/ax spinulosa, Hoplopleura pasifica; larva tungau (chigger) ; tungau (mite);dan caplak(ticks).
2.      Tikus Got (Rattus norvegicus)
Tikus got ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor 300-400 mm, panjang ekornya 170-230 mm, kaki belakang 42-47 mm, telinga 18-22 mm dan mempunyai rumus mamae 3+3=12. Warna rambut bagian atas coklat kelabu, rambut bagian perut kelabu. Tikus ini banyak dijumpai diseluruh air/roil/got di daerah kota dan pasar.
3.      Tikus Ladang (Rattus exulans)
Tikus ladang mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor 139-365 mm, panjang ekor 108-147 mm, kaki belakang 24-35 mm dan ukuran telinga 11-28 mm dan mempunyai rumus mamae 2+2=8. Warna rambut badan atas coklat kelabu rambut bagian perut putih kelabu. Jenis tikus ini banyak terdapat di semak-semak dan kebun/ladang sayur-sayuran dan pinggiran hutan dan kadang-kadang masuk ke rumah.
4.      Tikus Sawah (Rattus Argentiveter)
Tikus sawah (Rattus rattus argentiventer) merupakan hama yang dapat menimbulkan kerugian bagi tanaman pertanian, yang dapat menyerang tanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan ubi-ubian.
Panjang tikus sawah dari ujung kepala sampai ujung ekor 270-370 mm, panjang ekor 130-192 mm, dan panjang kaki belakang 32-39 mm, telinga 18-21 mm sedangkan rumus mamae 3+3=12. Warna rambut badan atas coklat muda berbintik-bintik putih, rambut bagian perut putih atau coklat pucat. Tikus jenis ini banyak ditemukan di sawah dan padang alang-alang.
R. rattus argentiventer (tikus sawah) adalah merupakan binatang pengerat.
Tanda karakteristik binatang pengerat ditentukan dari giginya. Gigi seri berkembang sepasang dan membengkok, permukaan gigi seperti pahat. Selain itu terdapat diastema (bagian lebar tidak bergigi yang memisahkan gigi seri dengan geraham), serta tidak mempunyai taring. Gigi lainnya berada di bagian pipi terdiri dari 1 geraham awal (premolar) dan  3 geraham atau hanya 3 geraham (Anonim, 1989). 
5.      Tikus Wirok (Bandicota indica)
Panjang dari tikus wirok ini dari ujung kepala sampai ekor 400-580 mm, panjang ekornya 160-315 mm, kaki belakang 47-53 mm, telinga 29-32 mm seangkan rumus mamae 3+3=12. Warna rambut badan atas dan rambut bagian perut coklat hitam, rambutnya agak jarang dan rambut di pangkal ekor kaku seperti ijuk, jenis tikus ini banyak dijumpai di daerah berawa, padang alang-alang dan kadang-kadang di kebun sekitar rumah.
6.      Mencit (Mus musculus)
Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Mencit percobaan (laboratorium) dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi. Sekarang mencit juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan.
Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor kurang dari 175 mm, ekor 81-108 mm, kaki belakang 12-18 mm, sedangkan telinga 8-12 mm, sedangkan rumus mamae 3+2=10. Warna rambut badan atas dan bawah coklat kelabu.
4.      Makanan Tikus
Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang banyak, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun demikian biji-bijian seperti gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai daripada yang lain. Seekor tikus dapat merusak 283 bibit padi per hariatau 103 batang padi bunting per hari. Setelah itu, tikus juga menyukai umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi kayu. Makanan yang berasal dari hewan terutama adalah serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber untuk pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan seekor tikus setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari kandungan air dan gizi dalam makanannya.Tikus merupakan hewan yang aktif pada maam hari sehingga sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.Tikus memiliki sifat “neo-fobia”, yaitu takut atau mudah curiga terhadap benda-benda yang baru ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang demikian, maka makanan akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa ditemui. Dia akan mencicipi dulu makanan yang baru ditemuinya.
Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara kimia dengan menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan yang digunakan adalah umpan yang disukai oleh tikus dan tempat umpanyang digunakan adalah benda-benda alami yamg banyak terdapat di alam. Dan bila makanan yang dimakan tersebut membuat keracunan dengan cepat maka dia akan mengeluarkan suara kesakitan dan tanda bahaya kepada teman-temannya. Maka dari itu untuk penggunaan pestida kimia sebaiknya digunakan pestisida yang membunuh secara perlahan, dimana tikus tersebut akan mati dalam beberapa hari, sehingga tikus tersebut tidak merasa kapok dan tidak akan tahu kalau makanan yang dimakannya ternyata beracun.
Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan yang sama, sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus akan merasa aman untuk melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus membuat jalan baru. Jalan yang sama dapat ditandai dengan gesekan benda-benda di sekitar jalan tersebut dengan misainya, dan juga karena adanya air seni yang dikeluarkan pada jalan tersebut yang dapat diciuminya.
5.      Indera Pada Tikus
1)      Indera Penglihatan Tikus
Dilihat dari pengelihatannya menurut para ahli konon tikus ternyata  tikus mempunyai pengelihatan yang jelek, yaitu ternyata tikus adalah hewan yang buta warna, artinya ia hanya dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih. Akan tetapi, tikus tampaknya tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam. Warna hijau dan kuning diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi yang merupakan makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam merupakan warna gelap yang terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam melihat benda-benda yang ada di depannya dapat mencapai 10 meter.
2)      Indera Penciuman Tikus
Organ penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau makanannya. Tikus jantan dapat mencium bau tikus betina yang sedang birahi untuk dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau anaknya yang keluar dari sarang berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh anaknya.
3)      Indera Pendengaran Tikus
Pendengaran tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar oleh manusia. Berdasarkan suara-suara yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi menjadi beberapa suara, yaitu :
·         Suara-suara pada saat akan melakukan perkawina
·         Suara-suara menandakan adanya bahaya
·         Suara-suara pada saat menemukan makanan
·         Suara-suara pada saat tikus mengalami kesakitan
6.      Sarang Tikus
Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi dengan daun-daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong yang dib Sarang tikus juga dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan untuk beranak dan kamar sebagai gudang tempat meyimpan bahan makanan.
7.      Perkembangbiakan
Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 – 12 ekor (rata-rata 6 ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Dan setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap kawin lagi.
8.      Tanda-tanda Keberadaan Tikus
Untuk mengetahui ada tidaknya tikus pada suatu tempat dan mencegah kemungkinan bahaya dari makanan yang tercemar oleh tikus adalah sebagai berikut :
1.       Droping
Adanya kotoran tikus yang ditemukan di tempat/ruangan yang diperiksa. Tinja tikus mudah dikenal dari bentuk dan warna yang khas, tanpa disertai bau yang mencolok, tinja tikus yang masih baru lebih terang dan mengkilap serta lebih lembut (agak lunak), makin lama maka tinja akan semakin keras.
2.       Run ways
Jalan yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu disuatu tempat disebut run ways. Tikus mempunyai kebiasaan melalui jalan yang sama, bila melalui lubang diantara eternit rumah, maka jalan yang dilaluinya lambat laun menjadi hitam.
3.        Grawing
Grawing merupakan bekas gigitan yang dapat ditemukan, tikus dalam aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan maupun membuat jalan misalnya lubang dinding.
4.        Borrow
Borrow adalah lubang yang terdapat pada sekitar beradanya tikus seperti dinding, lantai, perabotan dan lain-lain.
5.       Bau
Tikus akan mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus atau urinnya.
6.       Tikus hidup
Tikus hidup akan berkeliaran walaupun hanya sebentar.
Ditemukannya Bangkai tikus baru atau lama di tempat yang diamati.
9.      Penyakit yang Disebabkan Oleh Tikus
Tikus berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberpa jenis penyakit yang dikenal Rodent Borne Disease. Penyakit-penyakit yang tergolong Rodent Borne Disease adalah :
1.      Pes atau sampar atau plague atau la peste merupakan penyakit zoonosis yang timbul pada hewan pengerat dan dapat ditularkan pada manusia. Penyakit tikus ini menular dan dapat mewabah. Gejalanya antara lain adalah demam tinggi tanpa sebab, timbulnya bubo pada femoral, inguinal dan ketiak juga sesak dan batuk.
2.      Salmonellisis yang merupakan penyaklit yang disebabkan bakteri salmonella yang dapat menginfeksi hewan dan juga manusia. Tikus yang terinfeksi bakteri ini akan dapat menyebabkan kematian pada manusia dan salmonellisis dapat tersebar dengan melalui kontaminasi feses. Gejalanya antara lain adalah gastroenteritis, diare, mual, muntah dan juga demam yang diikuti oleh dehidrasi.
3.      Leptospirosis merupakan infeksi akut disebabkan oleh bakteri leptospira yang menyerang mamalia. Ini dapat menyerang siapapun yang memiliki kontak dengan berbagai benda maupun hewan lain yang mengalami infeksi leptospirosis. Gejalanya antara lain adalah sakit kepala, bercak merah di kulit, gejala demam dan juga nyeri otot.
4.      Murine typhus adalah penyakit yang disebabkan oleg Rickettsian typhi atau R. mooseri yang dapat dotuarkan melalui gigitan pinjal tikus. Gejalanya antara lain adalah kedinginan, sakit kepala, demam, prostration dan nyeri di seluruh tubuh. Ada juga bintil-bintil merah yang timbul di hari kelima hingga keenam.
5.      Rabies merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dan memiliki gejala khas yaitu penderita jadi takut terhadap air dan karena inilah rabies juga sering disebut hidrofobia. Tikus menyebarkan penyakit ini melalui gigitan. Gejala awal dari rabies tidaklah jelas, umumnya pasien merasa gelisah dan tidak nyaman. Gejala lanjut yang dapat diidentifikasi antara lain adalah rasa gatal di area sekitar luka, panas dan juga nyeri yang lalu bisa saja diikuti dengan sakit kepala, kesulitan menelan, demam dan juga kejang.
6.      Rat-Bit Fever atau demam gigitan tikus disebabkan oleh gigitan tikus dan biasanya dialami anak-anak di bawah 12 tahun dan penyakit ini memiliki mas inkubasi selama 1 hingga 22 hari. Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah sakit kepala, muntah, kedinginan dan demam. Bakteri di dalam gigitan tikus merupakan penyebab dari penyakit tikus ini.
B.     Fumigasi
1.      Pengertian fumigasi
Fumigasi (dari bahasa Inggris fume yang berarti asap), adalah sebuah metode pengendalian hama menggunakan pestisida. Dalam proses ini, sebuah area akan secara menyeluruh dipenuhi oleh gas atau asap, membunuh semua hama didalamnya.
Fumigasi adalah peracunan tikus beserta ekstoparasinya dengan menggunakan gas beracun (fumigan). Fumigasi adalah salah satu pengendalian tikus secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat membunuh tikus atau dapat menggangu aktivitas untuk makan, minum, mencari pasangan, maupun reproduksinya. Fumigasi biasanya dilakukan dirumah, gudang, kapal laut, atau sarang tikus didalam tanah. Fumigant ini tidak hanya berbahaya bagi tikus dan ekstoparasitnya, tetapi juga berbahaya bagi manusia yang mengaplikasikannya serta manusia dan hewan lainyang berada di sekitar tempat berlangsungnya proses fumigasi tersebut.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan fumigasi adalah sebagai berikut:
1.      Fumigant yang digunakan harus mempunyai berat molekul lebih dari 28, yaituberat molekul N yang mendominasi udara (sampai 78%). Jika tidak demikian, gas yang dihasilkan akan melayang dan hilang.
2.      Memperhatikan kelembaban relatif di dalam tanah dan ukuran partikel tanahpada saringan tikus didalam tanah. Kelembaban relatif udara di dalam tanah harus cukup tinggi sehingga fumigant yang diaplikasikan dalam bentuk padat (phostoxin) dapat segera bereaksi dengan uap air (H2O gas) sehinggaterbentuk gas beracun. Jika ukuran partikel tanah cukup besar, maka gasberacun akan banyak yang terbuang melalui celah pori-pori tanah.
Ruangan yang akan difumigasi harus tertutup rapat dan tidak ada ventilasi yang terbuka yang menghubungkan antara udara didalam dengan udara diluarserta tidak boleh ada seorang pun yang ada didalam ruangan tersebut. Hal ini dimaksudkan karena bahan fumigant tesebut sangat berbahaya baik bagi tikus maupun manusia.
2.      Fumigasi Kapal
Serangan hama tidak biasa dalam kapal, sangat penting untuk mengambil alih situasi untuk menghilangkan hama terutama tikus, sebagai bagian dari persyaratan hukum. Tikus, khususnya, sangat mengkhawatirkan karena perkembangan drastis keberadaan mereka jika dibiarkan terus berkembang biak.
Pada pertengahan 1300-an, hampir setengah dari penduduk Eropa meninggal dengan pecahnya wabah pada periode yang disebut Black Death. Wabah pneumonia, penyebab oleh bakteri Yersinia pestis. Biasanya, pneumonia disebabkan oleh penyebaran sekunder dari infeksi lanjutan pada populasi tikus. Kutu bertindak sebagai vektor untuk bakteri ini dan akan menginfeksi populasi tikus ketika memiliki makan darah.
Upaya yang dilakukan oleh KKP dalam program pemberantasan tikus, meliputi upaya pemberantasan tikus di kapal yang dilakukan dengan fumigasi serta upaya pemberantasan tikus dipelabuhan melalui metode mekanik (trapping), kimia (rodenticide, fumigant) maupun peningkatan sanitasi lingkungan, Upaya tersebut diharapkan Indonesia bias bebas dari penyakit.
 Pada fumigasi kapal, perlu untuk mengosongkan semua wilayah fumigasi dan area risiko, dan memastikan upaya yang telah dilakukan untuk menutup semua celah dan retakan untuk mencegah fumigan keluar setelah fumigasi dilakukan. Masuk kembali ke area fumigasi hanya diperbolehkan bila telah dinyatakan aman dan bebas dari bahaya oleh staf fumigasi setelah dilakukan proses areasi.
3.      Pelaksanaan Pemberantasan tikus di kapal
Pelaksanaan pemberantasan tikus di kapal dilakukan dengan poisoning, trapping ataupun fumigasi baik memakai fumigant HCN maupun CH3 Br. Untuk HCN digunakan dosis 2 gr per m3 ruang yang digas, dengan waktu kontak 2 jam, sedangkan untuk CH 3Br dosis adalah 4 gr per m3 ruang yang digas, dengan waktu kontak 4 jam (HAU, 1974). Sedangkan dalam pelaksanaan di lapangan dipakai dosis 10 gr per m3 ruangan dengan waktu kontak 10 jam. Prinsip pelaksanaan fumigasi gr per m3 ruangan dengan waktu kontak 10 jam. Prinsip pelaksanaan fumigasi ruang ka pal tersebut dengan waktu kontak sesuai jenis fumigan yang digunakan. Selanjutnya kapal dibebaskan dari gas dengan aerasi selama kurang lebih 1-2 jam, baru kapal dinyatakan aman dengan menggunakan gas detector (Lamoureux, 1967). 
Gas HCN CH3Br Dosis 2 gram / m3 4 gram / m3 Waktu kontak 2 jam 8 jam Sifat Sangat berbahaya, non korosif, lebih ringan dari udara, berupa gas yang distabilkan dengan porous materials (Cartoon disc) Sangat berbahaya, korosif, lebih berat dari udara Wujud : liqid dan gas. Kemasan Kaleng 0,5; I; 1,5 dan 2 kg Tabung 25 dan 50 kg Antidote Amyl Nitrit  dan Sodium thiosulfat Tidak ada (WHO, 1984).
a)       Fumigasi dengan HCN.
1.      Kemasan
Aero HCN Discoids” berisi asam hydrocyanide murni, berkisar rata-rata 96 % sampai 98%, terserap dalam bahan porous dan bersifat menyerap seperti bubur kayu atau karton dalam bentuk lempengan tipis. Lempengan ini mudah disebar di lantai ruangan dan di tempat-tempat terpencil yang biasanya terdapat banyak serangga. Kemasan produk disesuaikan untuk penggasan ruangan yang kecil. Lempengan ini tidak pecah ataupun berantakan walaupun dilemparkan atau ditangani secara kasar, sehingga lempengan tetap bersih, tidak meninggalkan kotoran atau debu di tempat yang digas. Aero HCN Discoids berisi asam hydrocyanide murni dipasarkan dalam kaleng khusus kemasan 0,5 kgs, 1 kg, 1,5 kgs., 2 kg (WHO, 1972).
Bahaya dari HCN adalah gas yang sangat beracun. Lempengan harus disebar secara langsung dari kalengnya dan diusahakan agar tidak memegang nya dengan tangan telanjang. HCN dapat di serap melalui kulit ataupun melalui paru-paru.
Penyimpanan kaleng HCN harus di tempat yang dingin, kering dan berventilasi baik. Tidak semua orang diperkenankan membuka kaleng lempengan HCN kecuali bagi yang telah berpengalaman menggunakan asam hydrocyanide, dan diwajibkan untuk menggunakan gas mas ker, dilengkapi dengan saringan khusus. Berat jenis HCN lebih ringan dari udara, sehingga dalam operasionalnya, penyebaran gas dimulai dari dek paling atas selanjutnya turun ke dek dibawahnya dan diakhiri pada dek dimana pintu keluar disiapkan. Untuk penyebaran lempengan HCN, tidak dibenarkan memegang satu persatu, karena cara ini banyak makan waktu dan membiarkan seseorang terkena gas yang berbahaya walaupun telah dilengkapi dengan masker dan canister khusus HCN. Permukaaan kulit yang terkena asam hydrocyanide, harus dicuci dengan air sesegera mungkin guna mencegah keracunan.
2.      Dosis
Dosis HCN yang digunakan untuk penggasan tikus adalah 2 ounces/cubicfeet ruangan dengan exposure 2 sampai 3 jam. Jika terdapat tempat- tempat yang dapat menjadi sarang tikus, disebabkan karena konstruksi atau muatan dari kapal, maka  dipakai konsentrasi lebih tinggi, umpamanya 3 sampai 4 ounces setiap 1000 cubicfeet ruangan. (1 oz = 28,31 g; 1000 c.f. = 28,3 m3) (WHO, 1972; WHO, 1971 ; WHO, 1999).
b)      Fumigasi dengan CH3Br.
CH3Br merupakan gas cair, yang disimpan dalam tabung bertekanan. Untuk mengeluarkan gas dari tabung tinggal membuka kran tabung tersebut. Di pasaran dijual CH3Br dalam kemasan 25 kgs., 50 kgs., dan 100 kgs. Berat jenis gas ini lebih besar dari udara, sehingga dalam pelaksanaannya ruang yang digas adalah mulai dari dek terbawah berturut -turut kemudian kedek diatasnya dan berakhir di dek paling atas. Mengingat gas ini tidak mempunyai antidote, maka cara pelaksanaan harus sangat hati-hati. Biasanya gas ini karena tidak berbau, sengaja ditambahkan 2% chloropicrine sebagai warning agent. Chloropycrine bersifat sangat korosif terhadap metal (FAO, 1974). Dosis yang dianjurkan oleh DepKes cq DirJen PPM& PLP, adalah sebesar 4 gr per-m3 ruangan, dengan waktu kontak 4 jam (WHO, 1971; IMO, 1998).
c)       Pemberian racun tikus dan pemasangan perangkap di kapal
Racun diletakkan di dalam dan di luar kapal yang diperkirakan menjadi jalan tikus, terutama di tempat yang dicurigai sebagai sarang tikus. Setiap racun yang diletakkan, harus diberi tanda, sebagai alas meletakkan racun tersebut. Pemasangan perangkap di kapal pada prinsipnya sama dengan pemasangan rodentisida, yaitu ditempatkan di daerah “runways”, dan dipasang pada sore hari, kemudian dilakukan pemeriksaan dipagi hari berikutnya.










4.      Alat dan Bahan
Prosedur
1
.
Fumigasi dengan gas SO2
Belerang : dosis (1kg/20m³, 2 X lipat), lama waktu 6-8 jam
Alat
-
Pot belerang susun
-
Pot belerang tunggal/kecil
-
Timbangan
-
Palu
-
Gelas kimia
Bahan
Belerang
Spiritus 90%
Sumbu
Air (½ - ²/3) bagian
2
.
Fumigasi dengan HCN
Alat
-
Gas HCN
-
Pembuka kaleng (can operer)
-
Gas masker
-
Alat perekat
-
Sarung tangan (Gloves)
-
Batere (Flash Gloves)
-
Pengeras suara (mike)
-
Kotak P3K (First Aid Kit)
-
Alat pernapasan buatan (pnemolator)
-
Oksigen apparat
-
Peringatan adanya bahaya (Sign Poison)



-
Alat untuk memisahkan Oksigen dsan racun (Canister)
-
Temda
-
Blower
-
Alat pemadam kebakaran
-
Gunting
-
Tas plastik
Bahan
Gas HCN (lempengan)
Dosis (2 gr/m³)
Lama pengegasan (2-3 jam)
5.      Cara Kerja
1
.
Kursus di kapal
-
Persiapan
-
Star fumigasi
-
Penyelesaian
-
Pengumpulan
a.
Trapping
-
Semua bilge pada palka dibuka
-
Semua corong palka, dapur, harus ditutup rapat
-
Semua jendela dikamar awak kapal, officer, dapur salon harus
ditutup rapat
-
Pintu yang satu dengan pintu yang lain didalam dibuka
-
Semua barang elektronik diusahakan jangan kontak langsung
dengan SO2
-
Semua peralatan
yang dari kuningan hendaknya hendaknya
dipolesii dengan air kapur/vaselin/stempet



-
Persediaan makanan khususnya makanan basah jangan kontak
langsung dengan SO2
-
Semua crew dan penumpang harus turun dari kapal kecuali
perwira kapal
-
Pot-pot belerang diletakkan sesuai dengan petunjuk
-
Belerang ditumbuk kecil-kecil dan dimasukkan dalam pot
-
Waktu fumigasi, kapal diusahakan standar didermaga
-
Persiapan memerlukan waktu 2-5 jam (tergantung besar/kecil dan
keadaan)
-
Kapal yang difumigasi menaikkan bendera V. E
b.
Start Fumigasi
-
Setelah persiapan selesai, pot-pot belerang diberi spiritus dan
diaduk sampai rata
-
Sumbu dipasang dan dinyalakan
-
Pintu terakhir yang dilewati harus ditutup dan rapat udara
-
Lama pembakaran 6-8 jam
-
Cara diletakkan pot, pot harus diletakkan jauuh dari barang yang
mudah terbakar
-
Untuk kamar-kamnar yang sempit, pot diletakkan di gang dan
pintu ruangan dibuka.
c.
Penyelesaian
-
Setelah waktu cukup, pintu-pintu dibuka
-
Memperhatikan arah angin
-
Dibuka pintu-pintu besar
-
Luar dahulu (bagian dalam)
-
Untuk mempercepat dibantu dengan menghidupkan blower


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub ordo Myormorpha, family muridae.
2.      Secara umum morfologi tubuh tikus dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kepala dan badan
3.      Jenis-jenis Tikus yaitu seperti berikut : tikus Rumah  (Rattus tanezumi),  Tikus Ladang (Rattus exulans), tikus got, tikus wirok, tikus sawah dan mencit.
4.      Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang banyak, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan.
5.      Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu.
6.      Tanda-tanda Keberadaan Tikus : Droping, Run ways, Grawing, borrow, bau dan tikus hidup.
7.      Penyakit yang disebabkan oleh tikus: pes, salmonellisis, Leptospirosis, Murine typhus, rabies dan Rat-Bit Fever
8.      Fumigasi adalah salah satu pengendalian tikus secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat membunuh tikus atau dapat menggangu aktivitas untuk makan, minum, mencari pasangan, maupun reproduksinya.
9.      Pada fumigasi kapal, perlu untuk mengosongkan semua wilayah fumigasi dan area risiko, dan memastikan upaya yang telah dilakukan untuk menutup semua celah dan retakan untuk mencegah fumigan keluar setelah fumigasi dilakukan.
10.  Pelaksanaan pemberantasan tikus di kapal dilakukan dengan poisoning, trapping ataupun fumigasi baik memakai fumigant HCN maupun CH3 Br.
                                        
B.     Saran
Sebaiknya sebelum melakukan praktikum fumigasi, praktikan harus melindungi diri dengan alat pelindung diri agar tidak menyebabkan praktikan atau orang sekitarnya merasakan efek yang terlalu fatal apabila bahan yang digunakan terlalu bahaya seperti belerang. Selain itu, untuk melakukan praktikum kita harus selektif untuk menggunakan bahan untuk fumigasi agar hasil yang diinginkan sesuai dengan keinginan kita.




















DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, (1999). Laporan Tahunan Kantor Kesehatan Pelabuhan Surabaya tahun 1998 / 1999. KKP Surabaya

Depkes, RI. (1989). Manual Kantor Kesehatan Pelabuhan . Jakarta : Dirjen
PPM&PLP.

Depkes RI. 2008. Pemasangan Perangkap Tikus. Medan : Kantor Kesehatan
Pelabuhan Medan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No . 630 tahun 1985 tentang Organisasi dan  Tata  Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. Jakarta : Depkes RI.

Anonim. Fumigasi Karantina. http://www.rentokil.co.id/kostumer-komersial/fumigasi/fumigasi-karantina/ ( Diakses pada tanggal 10 Mei 2015 )



1 komentar: