Mata Kuliah : PVBP-B
Dosen : Sulasmi, SKM,.M.Kes
Makalah Pengendalian Tikus di
Pelabuhan dengan
Fumigasi
OLEH
KELOMPOK VI
Tingkat : II A
HILDAYANTI
UMAR PO.71.3.221.13.1.021
SARMILAH PO.71.3.221.13.1.043
NUR
FITRYANA PO.71.3.221.13.1.034
DUHRYATY ASNIDAR PO.71.3.221.13.1.011
MUH.
RIVAI PO.71.3.221.13.1.028
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MAKASSAR JURUSAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI D III 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa. Dengan ucapan alhamdulillahirobbil Alamin, Karena atas
berkat Rahmat- Nya yang diberikan kepada kita terutama nikmatul imaniwal islam,
diantara beberapa nikmat tersabut sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul tentang “Pengendalalian Tikus Di Kapal Dengan Cara Fumigasi”.
Dalam penulisan makalah ini, kami
telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat dipergunakan dengan
sebaik-baiknya.
Makassar,
09 Mei 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman judul ......................................................................................................................... i
Kata pengantar ........................................................................................................................ ii
Daftar isi .................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A. Latar belakang.............................................................................................................. 4
B. Tujuan .......................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 6
A. Pengertian tikus............................................................................................................ 6
B. Morfologi tikus............................................................................................................. 7
C. Jenis-jenis tikus............................................................................................................. 8
D. Makanan tikus.............................................................................................................. 10
E. Indera pada Tikus......................................................................................................... 11
F. Sarang tikus.................................................................................................................. 11
G. Perkembangbiakan tikus............................................................................................... 12
H. Tanda-tanda keberadaan tikus..................................................................................... 12
I. Penyakit yang di sebabkan oleh tikus.......................................................................... 13
J. Pengertian dari fumigasi............................................................................................... 14
K. Fumigasi kapal.............................................................................................................. 15
L. Pelaksanaan pemberantasan tikus di
kapal................................................................... 16
M. Alat dan bahan yang digunakan dalam
fumigasi......................................................... 19
N. Prosedur kerja fumigasi kapal...................................................................................... 20
BAB III PENUTUP............................................................................................................... 21
A. Kesimpulan................................................................................................................... 22
B. Saran............................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 24
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tikus adalah hewan mengerat (rondensia) yang lebih dikenal
sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan penggangu
yang menjijikan di perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa
kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit
kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan.
Tikus merupakan masalah rutin di
pelabuhan terutama di kapal, karena itu pengendaliannya harus dilakukan secara
rutin. Hewan mengerat ini menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit,
merusak bahan pangan, instalasi medik, instalasi listrik, peralatan kantor
seperti kabel-kabel, mesin-mesin komputer, perlengkapan laboratorium,
dokumen/file dan lain-lain, serta dapat menimbulkan penyakit. Beberapa penyakit
penting yang dapat ditularkan ke manusia antara lain, pes, salmonelosis, leptospirosis,
murin typhus, untuk itu dibutuhkan pengendalian tikus seperti pemberantasan
dengan cara fumigasi.
Fumigasi
adalah pengendalian hama dengan jalan memasukkan atau melepaskan fumigan (
Pestisida ) ke dalam ruangan tertutup atau kedapudara (gas tight) untuk
beberapa waktu dalam dosis dan konsentrasi yangdapat mematikan hama.
Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan tikus akan
menggambarkan lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang
pencahayaan serta adanya indikasi penatalaksanaan / manajemen kebersihan kapal
yang kurang baik. Mengingat besarnya dampak negatif akibat keberadaan tikus dan
mencit di kapal, maka kapal harus terbatas dari hewan ini.
Sebagai langkah dalam upaya mencegah
kemungkinan timbulnya penyebaran penyakit serta untuk mencegah timbulnya
kerugian sosial dan ekonomi yang tidak diharapkan, maka perlu dilakukan
pengendalian tikus di kapal dengan cara fumigasi.
A.
Rumusan masalah
1. Apakah pengertian dari tikus?
2. Bagaimanakah morfologi tikus?
3. Sebutkanlah jenis-jenis tikus?
4. Apa sajakah makanan yang dimakan
tikus?
5. Bagaimanakah perkembangbiakan tikus?
6. Sebutkanlah tanda-tanda keberadaan tikus?
7. Apa sajakah penyakit yang di
sebabkan oleh tikus?
8. Apakah pengertian dari fumigasi?
9. Bagaimana pelaksanaan pemberantasan tikus di kapal?
10. Apa sajakan alat dan bahan yang
digunakan dalam fumigasi?
11. Bagaimanakah prosedur kerja fumigasi
kapal?
B.
Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian
dari tikus
2. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi
tikus
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis tikus
4. Mahasiswa dapat mengetahui makanan
yang di makan oleh tikus?
5. Mahasiswa dapat mengetahui
perkembangbiakan tikus
6. Mahasiswa dapat mengetahui
tanda-tanda keberadaan tikus
7. Mahasiswa dapat mengetahui penyakit
yang di sebabkan oleh tikus
8. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian
dari fumigasi
9. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk pelaksanaan
pemberantasan tikus di kapal
10. Mahasiswa dapat mengetahui alat dan
bahan yang digunakan dalam fumigasi
11. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur
kerja fumigasi kapal
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Tikus
1.
Pengertian Tikus
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub
ordo Myormorpha, family muridae. family muridae ini merupakan family yang
dominan dari ordo rodentia karena mempunyai daya reproduksi yang tinggi,
pemakan segala macam makanan (omnivorous) dan mudah beradaptasi dengan
lingkungan yang diciptakan manusia. jenis tikus yang sering ditemukan dihabitat
rumah dan ladang adalah jenis rattus dan mus.
Adapun klasifikasi dari tikus adalah sebagai berikut :
Dunia : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Subklas : Theria
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Sub family : Muridae
Genus : Rattus dan Mus
Species : Rattus
tanezumi
Rattus norvegicus
Rattus exulans
Rattus tiomanicus
Rattus argentiventer
Rattus niniventer
Bandicota
Mus musculus
2.
Morfologi Tikus
Secara umum
morfologi tubuh tikus dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kepala dan badan
beserta bagian-bagiannya.
a. Kepala
Bentuk kepala
tikus adalah kerucut atau kerucut terpton, dengan misai (kumis) pada ujung
moncongnya yang berfungsi sebagai alat peraba. Mata terletak di bagian tepi
dari kepala dan letaknya agak menonjol keluar, sehingga mempunyai sudut pandang
yang lebar. Gigi tikus terdirr dari gigi seri dan geraham, tidak mempunyai gigi
taring sehingga terdapat celah di antara gigi seri dan geraham yang berfungsi
untuk mengeluarkan kotoran yang terbawa bersama makanannya, atau untuk
mengeluarkan makan yang tidak disukainya. Gigi seri tikus selalu mengalami
perpanjangan, sehingga perlu dikurangi dengan jalan mengeratkan gig serinya
pada benda-benda yang keras. Tidak heran bila ada benda-benda yang tidak biasa
dimakan tetapi digigit oleh tikus, hal itu untuk mengurani pertumbuhan gigi
serinya. Gigi seri berfungsi untuk memotong makanan, sedangkan geraham untuk
mengunyah makanan.
b. Badan
Bentuk badan
tikus adalah silindris memanjang kebelakang. Batas antara kepala dan badan
tidak begitu jelas sehingga dalam identifikasi jenis-jenis tikus, kepala dan
badan digabung dan dipisahkan dengan ekor. Badan (dan juga kepala) ditutupi
oleh rambut yang warnanya berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada bagian bawah
badan tikus betina yang sudah dewasa terdapat puting susu yang jumlahnya
bervariasi antara 2-6 pasang, tergantung dari jenisnya. Pada bagian ujung
belakang badan bagian bawah terdapat alat kelamin dan anus. Pada tikus jantan
dewasa terdapat organ kelamin berupa kantung yang merukapan tempat
dihasiilkannya sperma. Pada saat tikus belum dewasa kantung tersebut berada di
dalam tubuh, kemudian berangsur-angsur keluar sesuai dengan umur tikus.
Pada badan
tikus terdapat anggota badan berupa 2 pasang kaki (tungkai) dan ekor. Pada telapak
kaki terdapat tonjolan-tonjolan yang berfungsi untuk membantu tikus dalam
memanjat. Ekor tikus gundul (tidak berambut), merupakan ciri yang membedakannya
dengan bajing (ekor berambut tebal) dan landak (ekor berduri).
3.
Jenis-jenis Tikus
1.
Tikus
Rumah (Rattus tanezumi)
Tikus ini mempunyai panjang ujung
kepala sampai ujung ekor 220-370 mm, ekor 101-180 mm, kaki belakang 20-39 mm,
ukuran telinga 13-23 mm, sedangkan rumus mamae 2+3=10. Warna rambut badan atas
coklat tua dan rambut badan bawah (perut) coklat tua kelabu. Yang terrnasuk
dalam jenis tikus rumah (rattus rattus) yaitu tikus atap (roof rat), tikus
kapal (ship rat), dan black rat. Jika dilihat dari jarak kedekatan hubungan
antara aktifitas tikus dengan manusia, tikus rumah merupakan jenis domestik, yaitu
aktifitas dilakukan di dalam rumah manusia atau disebut juga tikus komensal
(comensal rodent) atau synanthropic.
Tikus rurnah merupakan binatang arboreal dan pemanjat ulung
.
Kemampuan memanjat tembok kasar dan
turun dengan kepala dibawab sangat lihai, dan hila jatuh dari ketinggian 5,5
meter tidak akan menirnbulkan luka yang berarti bagi tikus. Makanan yang
dibutuhkan seekor tikus dalam sehari sebanyak 10- 15% dari berat badannya.
Perilaku makan tikus dengan memegang makanan dengan kedua kaki depan, dan
kebiasaan mencicipi makanan untuk menunggu reaksi makanan tersebut dalam
perutnya. Hal ini perlu diperhatikan apabila kita memberantas tikus dengan
racun. Tikus mempunyai kebiasaan mencari makan dua kali sehari yaitu pada 1-2
jam setelah matahari tenggelam dan pada l-2 jam sebelum fajar.
Umur tikus rumah rata-rata satu
tahun dan mencapai dewasa siap kawin pada umur 2-3 bulan baik pada tikus jantan
maupun betina. Masa bunting selama 21-23 hari dan seek or tikus betina dapat
melahirkan 6-12 (rata-rata 8) ekor anak tikus. Setelah 24-48 jam melahirkan,
tikus betina siap kawin lagi atau disebutpost partum oestrus.
Dalam tubuh tikus, terdapat beberapa
hewan lain (parasit) yang ada di dalam tubuh (endoparasit) dan diluar/menempel
di tubuh (ektoparasit) yang merupakan penular atau penyebab banyak sekali jenis
penyakit. Endoparasit tikus antara lain cacing, virus, jamur, protozoa,
bakteri, dan rickettsia yang mempunyai tempat hidup di bati dan ginjal tikus.
Sedangkan ektoparasit tikus meliputi: pinjal (fleas) : Xenopsylla cheopsis,
Stivalus cognatus; kutu (lice) : Polyp/ax spinulosa, Hoplopleura pasifica;
larva tungau (chigger) ; tungau (mite);dan caplak(ticks).
2. Tikus Got (Rattus norvegicus)
Tikus got ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor
300-400 mm, panjang ekornya 170-230 mm, kaki belakang 42-47 mm, telinga 18-22
mm dan mempunyai rumus mamae 3+3=12. Warna rambut bagian atas coklat kelabu,
rambut bagian perut kelabu. Tikus ini banyak dijumpai diseluruh air/roil/got di
daerah kota dan pasar.
3. Tikus Ladang (Rattus exulans)
Tikus ladang mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor
139-365 mm, panjang ekor 108-147 mm, kaki belakang 24-35 mm dan ukuran telinga
11-28 mm dan mempunyai rumus mamae 2+2=8. Warna rambut badan atas coklat kelabu
rambut bagian perut putih kelabu. Jenis tikus ini banyak terdapat di
semak-semak dan kebun/ladang sayur-sayuran dan pinggiran hutan dan
kadang-kadang masuk ke rumah.
4. Tikus Sawah (Rattus Argentiveter)
Tikus sawah (Rattus rattus argentiventer) merupakan hama
yang dapat menimbulkan kerugian bagi tanaman pertanian, yang dapat menyerang
tanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan ubi-ubian.
Panjang tikus sawah dari ujung
kepala sampai ujung ekor 270-370 mm, panjang ekor 130-192 mm, dan panjang kaki
belakang 32-39 mm, telinga 18-21 mm sedangkan rumus mamae 3+3=12. Warna rambut
badan atas coklat muda berbintik-bintik putih, rambut bagian perut putih atau
coklat pucat. Tikus jenis ini banyak ditemukan di sawah dan padang alang-alang.
R. rattus argentiventer (tikus sawah) adalah merupakan
binatang pengerat.
Tanda karakteristik binatang
pengerat ditentukan dari giginya. Gigi seri berkembang sepasang dan membengkok,
permukaan gigi seperti pahat. Selain itu terdapat diastema (bagian lebar tidak
bergigi yang memisahkan gigi seri dengan geraham), serta tidak mempunyai
taring. Gigi lainnya berada di bagian pipi terdiri dari 1 geraham awal
(premolar) dan 3 geraham atau hanya 3
geraham (Anonim, 1989).
5. Tikus Wirok (Bandicota indica)
Panjang dari tikus wirok ini dari ujung kepala sampai ekor 400-580
mm, panjang ekornya 160-315 mm, kaki belakang 47-53 mm, telinga 29-32 mm
seangkan rumus mamae 3+3=12. Warna rambut badan atas dan rambut bagian perut
coklat hitam, rambutnya agak jarang dan rambut di pangkal ekor kaku seperti
ijuk, jenis tikus ini banyak dijumpai di daerah berawa, padang alang-alang dan
kadang-kadang di kebun sekitar rumah.
6. Mencit (Mus musculus)
Mencit adalah
binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae
(tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan
dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigiti mebel dan
barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Mencit
percobaan (laboratorium) dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi. Sekarang mencit
juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan.
Tikus ini mempunyai panjang ujung
kepala sampai ekor kurang dari 175 mm, ekor 81-108 mm, kaki belakang 12-18 mm,
sedangkan telinga 8-12 mm, sedangkan rumus mamae 3+2=10. Warna rambut badan
atas dan bawah coklat kelabu.
4.
Makanan Tikus
Tikus
merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang banyak, baik yang
berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun demikian biji-bijian seperti
gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai daripada yang lain. Seekor
tikus dapat merusak 283 bibit padi per hariatau 103 batang padi bunting per
hari. Setelah itu, tikus juga menyukai umbi-umbian serperti ubi jalar dan ubi
kayu. Makanan yang berasal dari hewan terutama adalah serangga dan hewan-hewan
kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber untuk pertumbuhan dan
untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan makanan yang
berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.
Hasil
penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan makanan seekor tikus
setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung dari kandungan air
dan gizi dalam makanannya.Tikus merupakan hewan yang aktif pada maam hari
sehingga sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada malam hari.Tikus
memiliki sifat “neo-fobia”, yaitu takut atau mudah curiga terhadap benda-benda
yang baru ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang demikian, maka makanan
akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa ditemui. Dia akan mencicipi dulu
makanan yang baru ditemuinya.
Hal ini
dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara kimia dengan menggunakan
umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan yang digunakan adalah umpan
yang disukai oleh tikus dan tempat umpanyang digunakan adalah benda-benda alami
yamg banyak terdapat di alam. Dan bila makanan yang dimakan tersebut membuat
keracunan dengan cepat maka dia akan mengeluarkan suara kesakitan dan tanda
bahaya kepada teman-temannya. Maka dari itu untuk penggunaan pestida kimia
sebaiknya digunakan pestisida yang membunuh secara perlahan, dimana tikus
tersebut akan mati dalam beberapa hari, sehingga tikus tersebut tidak merasa
kapok dan tidak akan tahu kalau makanan yang dimakannya ternyata beracun.
Dalam
mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan yang sama,
sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus akan merasa
aman untuk melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus membuat jalan
baru. Jalan yang sama dapat ditandai dengan gesekan benda-benda di sekitar
jalan tersebut dengan misainya, dan juga karena adanya air seni yang dikeluarkan
pada jalan tersebut yang dapat diciuminya.
5.
Indera Pada Tikus
1)
Indera Penglihatan Tikus
Dilihat
dari pengelihatannya menurut para ahli konon tikus ternyata tikus mempunyai pengelihatan yang jelek,
yaitu ternyata tikus adalah hewan yang buta warna, artinya ia hanya dapat
melihat benda-benda berwarna hitam dan putih. Akan tetapi, tikus tampaknya
tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam. Warna hijau dan kuning
diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi yang merupakan makanan
utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam merupakan warna gelap yang terlihat
pada malam hari. Kemampuan tikus dalam melihat benda-benda yang ada di depannya
dapat mencapai 10 meter.
2)
Indera Penciuman Tikus
Organ
penciuman tikus sangat baik, terutama untuk mencium bau makanannya. Tikus
jantan dapat mencium bau tikus betina yang sedang birahi untuk
dikawininya.Tikus betina dapat mencium bau anaknya yang keluar dari sarang
berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh anaknya.
3)
Indera Pendengaran Tikus
Pendengaran
tikus sangat baik. Tikus dapat mendengar suara-suara dengan frekuensi tinggi,
yang tidak dapat didengar oleh manusia. Berdasarkan suara-suara yang
dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi menjadi beberapa suara, yaitu :
·
Suara-suara pada saat akan melakukan
perkawina
·
Suara-suara menandakan adanya bahaya
·
Suara-suara pada saat menemukan
makanan
·
Suara-suara pada saat tikus
mengalami kesakitan
6.
Sarang Tikus
Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu,
pintu utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang
digunakan dalam keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh
predator ataupun pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber
air sebagai minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi dengan
daun-daunan.Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang
berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong
yang dib Sarang tikus juga dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan
untuk beranak dan kamar sebagai gudang tempat meyimpan bahan makanan.
7.
Perkembangbiakan
Tikus
berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti dapat
kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3
minggu. Jumlah anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 – 12
ekor (rata-rata 6 ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan.
Dan setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap kawin
lagi.
8.
Tanda-tanda Keberadaan Tikus
Untuk
mengetahui ada tidaknya tikus pada suatu tempat dan mencegah kemungkinan bahaya
dari makanan yang tercemar oleh tikus adalah sebagai berikut :
1. Droping
Adanya
kotoran tikus yang ditemukan di tempat/ruangan yang diperiksa. Tinja tikus
mudah dikenal dari bentuk dan warna yang khas, tanpa disertai bau yang
mencolok, tinja tikus yang masih baru lebih terang dan mengkilap serta lebih
lembut (agak lunak), makin lama maka tinja akan semakin keras.
2. Run ways
Jalan
yang biasa dilalui tikus dari waktu ke waktu disuatu tempat disebut run ways. Tikus mempunyai kebiasaan
melalui jalan yang sama, bila melalui lubang diantara eternit rumah, maka jalan
yang dilaluinya lambat laun menjadi hitam.
3. Grawing
Grawing merupakan bekas gigitan yang dapat
ditemukan, tikus dalam aktivitasnya akan melakukan gigitan baik untuk makan
maupun membuat jalan misalnya lubang dinding.
4. Borrow
Borrow adalah lubang yang terdapat pada
sekitar beradanya tikus seperti dinding, lantai, perabotan dan lain-lain.
5. Bau
Tikus akan
mengeluarkan bau yang disebabkan oleh tubuh tikus atau urinnya.
6. Tikus hidup
Tikus
hidup akan berkeliaran walaupun hanya sebentar.
Ditemukannya
Bangkai tikus baru atau lama di tempat yang diamati.
9.
Penyakit yang Disebabkan Oleh Tikus
Tikus
berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberpa jenis penyakit yang dikenal
Rodent Borne Disease. Penyakit-penyakit yang tergolong Rodent Borne Disease
adalah :
1. Pes
atau sampar atau plague atau la peste merupakan penyakit zoonosis yang timbul pada hewan
pengerat dan dapat ditularkan pada manusia. Penyakit tikus ini menular dan
dapat mewabah. Gejalanya antara lain adalah demam tinggi tanpa sebab, timbulnya
bubo pada femoral, inguinal dan ketiak juga sesak dan batuk.
2. Salmonellisis yang merupakan penyaklit yang
disebabkan bakteri salmonella yang dapat menginfeksi hewan dan juga manusia.
Tikus yang terinfeksi bakteri ini akan dapat menyebabkan kematian pada manusia
dan salmonellisis dapat tersebar dengan melalui kontaminasi feses. Gejalanya
antara lain adalah gastroenteritis, diare, mual, muntah dan juga demam yang
diikuti oleh dehidrasi.
3. Leptospirosis merupakan infeksi akut disebabkan
oleh bakteri leptospira yang menyerang mamalia. Ini dapat menyerang siapapun
yang memiliki kontak dengan berbagai benda maupun hewan lain yang mengalami
infeksi leptospirosis. Gejalanya antara lain adalah sakit kepala, bercak merah
di kulit, gejala demam dan juga nyeri otot.
4. Murine
typhus adalah
penyakit yang disebabkan oleg Rickettsian typhi atau R. mooseri yang dapat
dotuarkan melalui gigitan pinjal tikus. Gejalanya antara lain adalah
kedinginan, sakit kepala, demam, prostration dan nyeri di seluruh tubuh. Ada
juga bintil-bintil merah yang timbul di hari kelima hingga keenam.
5. Rabies merupakan penyakit yang menyerang
sistem saraf pusat dan memiliki gejala khas yaitu penderita jadi takut terhadap
air dan karena inilah rabies juga sering disebut hidrofobia. Tikus menyebarkan
penyakit ini melalui gigitan. Gejala awal dari rabies tidaklah jelas, umumnya
pasien merasa gelisah dan tidak nyaman. Gejala lanjut yang dapat diidentifikasi
antara lain adalah rasa gatal di area sekitar luka, panas dan juga nyeri yang
lalu bisa saja diikuti dengan sakit kepala, kesulitan menelan, demam dan juga
kejang.
6. Rat-Bit
Fever atau
demam gigitan tikus disebabkan oleh gigitan tikus dan biasanya dialami
anak-anak di bawah 12 tahun dan penyakit ini memiliki mas inkubasi selama 1
hingga 22 hari. Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah sakit kepala,
muntah, kedinginan dan demam. Bakteri di dalam gigitan tikus merupakan penyebab
dari penyakit tikus ini.
B.
Fumigasi
1.
Pengertian fumigasi
Fumigasi
(dari bahasa Inggris fume yang
berarti asap),
adalah sebuah metode pengendalian hama
menggunakan pestisida. Dalam proses ini, sebuah area akan
secara menyeluruh dipenuhi oleh gas atau asap,
membunuh semua hama
didalamnya.
Fumigasi adalah peracunan tikus
beserta ekstoparasinya dengan menggunakan gas beracun (fumigan). Fumigasi
adalah salah satu pengendalian tikus secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan bahan-bahan
kimia yang dapat membunuh tikus atau dapat menggangu aktivitas untuk makan,
minum, mencari pasangan, maupun reproduksinya. Fumigasi biasanya dilakukan
dirumah, gudang, kapal laut, atau sarang tikus didalam tanah. Fumigant ini
tidak hanya berbahaya bagi tikus dan ekstoparasitnya, tetapi juga berbahaya
bagi manusia yang mengaplikasikannya serta manusia dan hewan lainyang berada di
sekitar tempat berlangsungnya proses fumigasi tersebut.Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan fumigasi adalah sebagai berikut:
1. Fumigant
yang digunakan harus mempunyai berat molekul lebih dari 28, yaituberat molekul
N yang mendominasi udara (sampai 78%). Jika tidak demikian, gas yang dihasilkan
akan melayang dan hilang.
2. Memperhatikan
kelembaban relatif di dalam tanah dan ukuran partikel tanahpada saringan tikus
didalam tanah. Kelembaban relatif udara di dalam tanah harus cukup tinggi
sehingga fumigant yang diaplikasikan dalam bentuk padat (phostoxin) dapat
segera bereaksi dengan uap air (H2O gas) sehinggaterbentuk gas beracun. Jika
ukuran partikel tanah cukup besar, maka gasberacun akan banyak yang terbuang
melalui celah pori-pori tanah.
Ruangan
yang akan difumigasi harus tertutup rapat dan tidak ada ventilasi yang terbuka
yang menghubungkan antara udara didalam dengan udara diluarserta tidak boleh
ada seorang pun yang ada didalam ruangan tersebut. Hal ini dimaksudkan karena
bahan fumigant tesebut sangat berbahaya baik bagi tikus maupun manusia.
2.
Fumigasi
Kapal
Serangan
hama tidak biasa dalam kapal, sangat penting untuk mengambil alih situasi untuk
menghilangkan hama terutama tikus, sebagai bagian dari persyaratan hukum.
Tikus, khususnya, sangat mengkhawatirkan karena perkembangan drastis keberadaan
mereka jika dibiarkan terus berkembang biak.
Pada
pertengahan 1300-an, hampir setengah dari penduduk Eropa meninggal dengan
pecahnya wabah pada periode yang disebut Black Death. Wabah pneumonia, penyebab
oleh bakteri Yersinia pestis. Biasanya, pneumonia disebabkan oleh penyebaran
sekunder dari infeksi lanjutan pada populasi tikus. Kutu bertindak sebagai
vektor untuk bakteri ini dan akan menginfeksi populasi tikus ketika memiliki
makan darah.
Upaya yang dilakukan
oleh KKP dalam program pemberantasan tikus, meliputi upaya pemberantasan tikus
di kapal yang dilakukan dengan fumigasi serta upaya pemberantasan tikus
dipelabuhan melalui metode mekanik (trapping), kimia (rodenticide, fumigant) maupun
peningkatan sanitasi lingkungan, Upaya tersebut diharapkan Indonesia bias bebas
dari penyakit.
Pada fumigasi kapal, perlu untuk mengosongkan semua wilayah
fumigasi dan area risiko, dan memastikan upaya yang telah dilakukan untuk
menutup semua celah dan retakan untuk mencegah fumigan keluar setelah fumigasi
dilakukan. Masuk kembali ke area fumigasi hanya diperbolehkan bila telah
dinyatakan aman dan bebas dari bahaya oleh staf fumigasi setelah dilakukan
proses areasi.
3.
Pelaksanaan Pemberantasan tikus di
kapal
Pelaksanaan
pemberantasan tikus di kapal dilakukan dengan poisoning, trapping ataupun
fumigasi baik memakai fumigant HCN maupun CH3 Br. Untuk HCN digunakan dosis 2
gr per m3 ruang yang digas, dengan waktu kontak 2 jam, sedangkan untuk CH 3Br
dosis adalah 4 gr per m3 ruang yang digas, dengan waktu kontak 4 jam (HAU, 1974).
Sedangkan dalam pelaksanaan di lapangan dipakai dosis 10 gr per m3 ruangan
dengan waktu kontak 10 jam. Prinsip pelaksanaan fumigasi gr per m3 ruangan
dengan waktu kontak 10 jam. Prinsip pelaksanaan fumigasi ruang ka pal tersebut
dengan waktu kontak sesuai jenis fumigan yang digunakan. Selanjutnya kapal
dibebaskan dari gas dengan aerasi selama kurang lebih 1-2 jam, baru kapal
dinyatakan aman dengan menggunakan gas detector (Lamoureux, 1967).
Gas HCN CH3Br Dosis 2
gram / m3 4 gram / m3 Waktu kontak 2 jam 8 jam Sifat Sangat berbahaya, non
korosif, lebih ringan dari udara, berupa gas yang distabilkan dengan porous
materials (Cartoon disc) Sangat berbahaya, korosif, lebih berat dari
udara Wujud : liqid dan gas. Kemasan Kaleng 0,5; I; 1,5 dan 2 kg Tabung 25 dan
50 kg Antidote Amyl Nitrit dan Sodium
thiosulfat Tidak ada (WHO, 1984).
a) Fumigasi dengan HCN.
1.
Kemasan
Aero HCN
Discoids” berisi asam hydrocyanide murni,
berkisar rata-rata 96 % sampai 98%, terserap dalam bahan porous dan bersifat
menyerap seperti bubur kayu atau karton dalam bentuk lempengan tipis. Lempengan
ini mudah disebar di lantai ruangan dan di tempat-tempat terpencil yang
biasanya terdapat banyak serangga. Kemasan produk disesuaikan untuk penggasan
ruangan yang kecil. Lempengan ini tidak pecah ataupun berantakan walaupun
dilemparkan atau ditangani secara kasar, sehingga lempengan tetap bersih, tidak
meninggalkan kotoran atau debu di tempat yang digas. Aero HCN Discoids berisi
asam hydrocyanide murni dipasarkan dalam kaleng khusus kemasan 0,5 kgs, 1 kg,
1,5 kgs., 2 kg (WHO, 1972).
Bahaya dari
HCN adalah gas yang sangat beracun. Lempengan harus disebar secara langsung dari
kalengnya dan diusahakan agar tidak memegang nya dengan tangan telanjang. HCN
dapat di serap melalui kulit ataupun melalui paru-paru.
Penyimpanan
kaleng HCN harus di tempat yang dingin, kering dan berventilasi baik. Tidak
semua orang diperkenankan membuka kaleng lempengan HCN kecuali bagi yang telah
berpengalaman menggunakan asam hydrocyanide, dan diwajibkan untuk
menggunakan gas mas ker, dilengkapi dengan saringan khusus. Berat jenis HCN
lebih ringan dari udara, sehingga dalam operasionalnya, penyebaran gas dimulai
dari dek paling atas selanjutnya turun ke dek dibawahnya dan diakhiri pada dek
dimana pintu keluar disiapkan. Untuk penyebaran lempengan HCN, tidak dibenarkan
memegang satu persatu, karena cara ini banyak makan waktu dan membiarkan
seseorang terkena gas yang berbahaya walaupun telah dilengkapi dengan masker
dan canister khusus HCN. Permukaaan kulit yang terkena asam hydrocyanide,
harus dicuci dengan air sesegera mungkin guna mencegah keracunan.
2.
Dosis
Dosis HCN
yang digunakan untuk penggasan tikus adalah 2 ounces/cubicfeet ruangan
dengan exposure 2 sampai 3 jam. Jika terdapat tempat- tempat yang dapat
menjadi sarang tikus, disebabkan karena konstruksi atau muatan dari kapal, maka dipakai konsentrasi lebih tinggi, umpamanya 3
sampai 4 ounces setiap 1000 cubicfeet ruangan. (1 oz = 28,31 g;
1000 c.f. = 28,3 m3) (WHO, 1972; WHO, 1971 ; WHO, 1999).
b) Fumigasi dengan CH3Br.
CH3Br merupakan gas cair, yang disimpan dalam tabung bertekanan.
Untuk mengeluarkan gas dari tabung tinggal membuka kran tabung tersebut. Di
pasaran dijual CH3Br dalam kemasan 25 kgs., 50 kgs., dan 100 kgs. Berat jenis
gas ini lebih besar dari udara, sehingga dalam pelaksanaannya ruang yang digas
adalah mulai dari dek terbawah berturut -turut kemudian kedek diatasnya dan
berakhir di dek paling atas. Mengingat gas ini tidak mempunyai antidote, maka
cara pelaksanaan harus sangat hati-hati. Biasanya gas ini karena tidak berbau,
sengaja ditambahkan 2% chloropicrine sebagai warning agent. Chloropycrine
bersifat sangat korosif terhadap metal (FAO, 1974). Dosis yang dianjurkan
oleh DepKes cq DirJen PPM& PLP, adalah sebesar 4 gr per-m3 ruangan, dengan
waktu kontak 4 jam (WHO, 1971; IMO, 1998).
c) Pemberian racun tikus dan
pemasangan perangkap di kapal
Racun diletakkan di dalam dan di luar kapal yang diperkirakan
menjadi jalan tikus, terutama di tempat yang dicurigai sebagai sarang tikus.
Setiap racun yang diletakkan, harus diberi tanda, sebagai alas meletakkan racun
tersebut. Pemasangan perangkap di kapal pada prinsipnya sama dengan pemasangan
rodentisida, yaitu ditempatkan di daerah “runways”, dan dipasang pada
sore hari, kemudian dilakukan pemeriksaan dipagi hari berikutnya.
4.
Alat dan Bahan
|
Prosedur
|
1
|
.
|
Fumigasi dengan gas SO2
|
Belerang : dosis (1kg/20m³, 2 X
lipat), lama waktu 6-8 jam
|
|
Alat
|
-
|
Pot belerang susun
|
-
|
Pot belerang tunggal/kecil
|
-
|
Timbangan
|
-
|
Palu
|
-
|
Gelas kimia
|
|
Bahan
|
|
Belerang
|
|
Spiritus 90%
|
|
Sumbu
|
|
Air (½ - ²/3) bagian
|
2
|
.
|
Fumigasi dengan HCN
|
|
Alat
|
-
|
Gas HCN
|
-
|
Pembuka kaleng (can operer)
|
-
|
Gas masker
|
-
|
Alat perekat
|
-
|
Sarung tangan (Gloves)
|
-
|
Batere (Flash Gloves)
|
-
|
Pengeras suara (mike)
|
-
|
Kotak P3K (First Aid Kit)
|
-
|
Alat pernapasan buatan (pnemolator)
|
-
|
Oksigen apparat
|
-
|
Peringatan adanya bahaya (Sign Poison)
|
-
|
Alat untuk memisahkan Oksigen dsan
racun (Canister)
|
-
|
Temda
|
-
|
Blower
|
-
|
Alat pemadam kebakaran
|
-
|
Gunting
|
-
|
Tas plastik
|
|
Bahan
|
|
Gas HCN (lempengan)
|
|
Dosis (2 gr/m³)
|
|
Lama pengegasan (2-3 jam)
|
5.
Cara Kerja
|
1
|
.
|
Kursus di kapal
|
-
|
Persiapan
|
-
|
Star fumigasi
|
-
|
Penyelesaian
|
-
|
Pengumpulan
|
a.
|
Trapping
|
-
|
Semua bilge pada palka dibuka
|
-
|
Semua corong palka, dapur, harus
ditutup rapat
|
-
|
Semua jendela dikamar awak kapal,
officer, dapur salon harus
|
ditutup rapat
|
-
|
Pintu yang satu dengan pintu yang lain
didalam dibuka
|
-
|
Semua barang elektronik diusahakan
jangan kontak langsung
|
dengan SO2
|
-
|
Semua peralatan
|
yang dari kuningan hendaknya hendaknya
|
dipolesii dengan air
kapur/vaselin/stempet
|
-
|
Persediaan makanan khususnya makanan
basah jangan kontak
|
langsung dengan SO2
|
-
|
Semua crew dan penumpang harus turun
dari kapal kecuali
|
perwira kapal
|
-
|
Pot-pot belerang diletakkan sesuai
dengan petunjuk
|
-
|
Belerang ditumbuk kecil-kecil dan
dimasukkan dalam pot
|
-
|
Waktu fumigasi, kapal diusahakan
standar didermaga
|
-
|
Persiapan memerlukan waktu 2-5 jam
(tergantung besar/kecil dan
|
keadaan)
|
-
|
Kapal yang difumigasi menaikkan
bendera V. E
|
b.
|
Start Fumigasi
|
-
|
Setelah persiapan selesai, pot-pot
belerang diberi spiritus dan
|
diaduk sampai rata
|
-
|
Sumbu dipasang dan dinyalakan
|
-
|
Pintu terakhir yang dilewati harus
ditutup dan rapat udara
|
-
|
Lama pembakaran 6-8 jam
|
-
|
Cara diletakkan pot, pot harus
diletakkan jauuh dari barang yang
|
mudah terbakar
|
-
|
Untuk kamar-kamnar yang sempit, pot
diletakkan di gang dan
|
pintu ruangan dibuka.
|
c.
|
Penyelesaian
|
-
|
Setelah waktu cukup, pintu-pintu
dibuka
|
-
|
Memperhatikan arah angin
|
-
|
Dibuka pintu-pintu besar
|
-
|
Luar dahulu (bagian dalam)
|
-
|
Untuk mempercepat dibantu dengan
menghidupkan blower
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Tikus adalah binatang yang termasuk
dalam ordo rodentia, sub ordo Myormorpha, family muridae.
2. Secara umum
morfologi tubuh tikus dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kepala dan badan
3. Jenis-jenis Tikus yaitu seperti
berikut : tikus Rumah (Rattus
tanezumi), Tikus Ladang (Rattus exulans),
tikus got, tikus wirok, tikus sawah dan mencit.
4. Tikus merupakan hewan yang mempunyai
preferensi makanan yang banyak, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari
hewan.
5. Tikus berkembang biak dengan sangat
cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa
bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu.
6. Tanda-tanda Keberadaan Tikus :
Droping, Run ways, Grawing, borrow, bau dan tikus hidup.
7. Penyakit yang disebabkan oleh tikus:
pes, salmonellisis, Leptospirosis, Murine
typhus, rabies dan Rat-Bit Fever
8. Fumigasi
adalah salah satu pengendalian tikus secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan
bahan-bahan kimia yang dapat membunuh tikus atau dapat menggangu aktivitas
untuk makan, minum, mencari pasangan, maupun reproduksinya.
9. Pada fumigasi kapal, perlu untuk
mengosongkan semua wilayah fumigasi dan area risiko, dan memastikan upaya yang
telah dilakukan untuk menutup semua celah dan retakan untuk mencegah fumigan
keluar setelah fumigasi dilakukan.
10. Pelaksanaan pemberantasan tikus di kapal dilakukan dengan poisoning,
trapping ataupun fumigasi baik memakai fumigant HCN maupun CH3 Br.
B.
Saran
Sebaiknya
sebelum melakukan praktikum fumigasi, praktikan harus melindungi diri dengan
alat pelindung diri agar tidak menyebabkan praktikan atau orang sekitarnya
merasakan efek yang terlalu fatal apabila bahan yang digunakan terlalu bahaya
seperti belerang. Selain itu, untuk melakukan praktikum kita harus selektif
untuk menggunakan bahan untuk fumigasi agar hasil yang diinginkan sesuai dengan
keinginan kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimus, (1999). Laporan Tahunan Kantor Kesehatan Pelabuhan
Surabaya tahun 1998 / 1999. KKP Surabaya
Depkes, RI. (1989). Manual Kantor Kesehatan Pelabuhan .
Jakarta : Dirjen
PPM&PLP.
Depkes RI. 2008. Pemasangan Perangkap Tikus. Medan : Kantor
Kesehatan
Pelabuhan Medan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No . 630 tahun 1985 tentang Organisasi
dan Tata
Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. Jakarta : Depkes RI.
Anonim. Fumigasi
Karantina. http://www.rentokil.co.id/kostumer-komersial/fumigasi/fumigasi-karantina/ ( Diakses pada tanggal 10 Mei
2015 )
i need help please this for my school project thankyou so much
BalasHapushttp://tikusss.bravesites.com/
.